Akhlak terpuji
Akhlak terpuji
Akhlak berasal dari perkataan Al Khuluq. Al-Khuluq bererti tabiat atau
tingkah laku. Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang
keadaan dalam diri manusia yang telah sebati dan daripadanya terbit tingkah
laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran.
Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam membentuk tingkah laku
manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau segala tindak-tanduk manusia
adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam jiwanya.
Tepatlah apa
yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, “Sesungguhnya
semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada anggota
manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa
yang ada dalam hati manusia”.
Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan
sifat dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna,
tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya,
sepertimana pokok, apabila baik akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rosak
akar, maka akan rosaklah pokok dan cabangnya.
Ada
dua pendekatan untuk
mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Akhlak berasal dari bahasa arab yakni
khuluqun yang menurut loghat diartikan:
budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang
berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan
makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai
media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan
antara makhluk dengan makhluk.
Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.
Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.
Sedangkan secara terminologi akhlak suatu
keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa
intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat
dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan
lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu
sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap
ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi
budaya sehari-hari
Defenisi akhlak secara substansi tampak
saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan
akhlak, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.
Ketiga,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang
bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan
manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
Keempat,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya,
bukan main-main atau karena bersandiwara
Kelima,
sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)
adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah,
bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
10 CIRI AKHLAK TERPUJI
1.
Bersifat warak dari melakukan perkara-perkara yang syubhat
Seorang muslim mestilah menjauhkan
dirinya dari segala perkara yang dilarang oleh Allah dan juga perkara-perkara
yang samar-samar di antara halal dan haramnya (syubhat) berdasarkan dari hadith
Rasulullah yang berbunyi:
2.
Memelihara penglihatan.
Seseorang muslim itu mestilah
memelihara pandangan daripada melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh
Allah kerana pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang
syahwat dan boleh membawa ke kancah pelanggaran dan maksiat. Sehubungan dengan
ini Al-Quranul Karim mengingatkat orang –orang mu’min supaya memelihara diri
dari penglihatan yang tidak memberi faedah, firman Allah Subahanu Wata,ala:
3. Memelihara Lidah
Seseorang muslim itu mestilah memelihra lidahnya dari menuturkan
kata-kata yng tidak berfaedah, perbualan-perbualan yang buruk dan kotor,
percakapan-percakapan kosong, mengumpat, mengeji dan mengadu domba. Imam Nawawi
rahimahumullah mengatakan. “ketahuilah, seorang mukallaf itu sewajarnya menjaga
lidahnya dari sebarang percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan
kebaikan. Apabila bercakap dan berdiam diri adalah sama sahaja hasilnya, maka
mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri kerana percakapan yang
diharuskan mungkin membawa kepada yang haram atau makruh. Kejadian demikian
telah banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah jarang.”
4. Bersifat Pemalu.
Seorang muslim mestilah bersifat pemalu dalam setiap
keadaan. Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya menghalangnya
memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah ia tidak masuk
campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak
meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup seta memadai sekadar yang ada
dan sifat-sifat seumpamanya. Diceritakan dari Rasulullah
Sallallahu’alaihiwasallam bahawa baginda adalah seorang yang sangat pemalu,
lebih pemalu dari anak gadis yang berada di balik tabir.
5. Bersifat Lembut dan Sabar
Di antara sifat-sifat yang paling ketara yang wajib tertanam
di dalam diri seseorang Muslim ialah, sifat sabar dan berlemah lembut kerana
kerja-kerja untuk Islam akan berhadapan dengan perkara-perkara yang tidak
menyenangkan, malah jalan da’wah sememangnya penuh dengan kepayahan,
penyiksaan, penindasan, tuduhan, ejekan dan persendaan yang memalukan.
Halangan–halangan ini sering dihadapi oleh para petugas ‘amal Islami sehingga
himmah mereka menjadi pudar, gerakan menjadi lumpuh malah mereka mungkin terus
berpaling meninggalkan medan
da’wah.
Dari keterangan ini jelaslah, tugas dan tanggungjawab
seorang pendakwah adalah satu tugas yang amat sukar. Ia bertanggungjawab
menyampaikan da’wah kepada seluruh lapisan manusia yang berbeza kebiasaan,
taraf pemikiran dan tabi’atnya. Da’i akan menyampaikan da’wahnya kepada orang-orang
jahil dan orang-orang ‘alim, orang yang berfikiran terbuka dan yang emosional
(sensitif), orang yang mudah bertolak ansur dan yang keras kepala, orang yang
tenang dan yang mudah tersinggung. Oleh yang demikian ia wajib menyampaikan
da’wah kepada semua golongan itu sesuai dengan kadar kemampuan penerimaan akal
mereka. Ia mestilah berusaha menguasai dan memasuki jiwa mereka seluruhnya.
Semua ini sudah pasti memerlukan kekuatan dari kesabaran yang tinggi, ketabahan
dan lemah lembut.
Oleh itu kita dapati banyak ayat-ayat Al-quran dan hadith
Nabi menganjur dan mengarahkan agar seorang da’i itu berakhlak dengan
sifat-sifat sabar, lemah lembut dan berhati-hati.
6. Bersifat Benar dan Jujur.
Seorang muslim itu mestilah bersifat benar dan tidak
berdusta. Berkata benar sekalipun kepada diri sendiri kerana takut kepada Allah
dan tidak takut kepada celaan orang. Sifat dusta adalah sifat yang paling jahat
dan hina malahan ia menjadi pintu masuk kepada tipu daya syaitan. Seorang yang
memelihara dirinya dari kebiasaan berdusta bererti ia memiliki pertahanan dan
benteng yang dapat menghalang dari was-was syaitan dan lontaran-lontarannya.
Berhati-hati dan memelihara diri dari sifat dusta akan menjadikan jiwa seorang
itu mempunyai pertahanan dan benteng yang kukuh menghadapi hasutan dan tipu
daya syaitan. Dengan demikian jiwa seseorang akan sentiasa bersih, mulia dan
terhindar dari tipu daya syaitan. Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa dan
membawa kehinaan kepada peribadi insan. Lantaran itu Islam mengharamkan sifat
dusta dan menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yang
dilaknat.
6. Bersifat rendah diri
Seseorang mislim mestilah bersifat tawadhu’ atau merendah
diri khususnya terhadap saudara-maranya yang muslim dengan cara tidak
membezakan (dalam memberi layanan) sama ada yang miskin maupun yang kaya.
Rasulullh Sallallahu’alaihiwasallam sendiri memohon perlindungan kepada Allah
agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga diri). Baginda bersabda
(antara lain, bermaksud):
9. Bersifat pemurah
Seorang muslim mestilah bersifat pemurah, sanggup berkorban
dengan jiwa dan harta bendanya pada jalan Allah. Di antara cara yang dapat
menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dengan cara memintanya membelanjakan
wang ringgit kerana berapa banyak dari kalangan mereka yang berkedudukan,
berharta dan berpangkat gugur dari jalan ini, lantaran rakus terhadap mata
benda. Di dalam Al-Qur’an Al-Karim sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang
menjelaskan ciri-ciri keimanan yang dikaitkan dengan sifat pemurah.
10. Qudwah Hasanah (Suri
teladan yang baik)
Selain dari sifat-sifat yang disebutkan di atas, seorang
muslim mestilah menjadikan dirinya contoh ikutan yang baik kepada orang ramai.
Segala tingkah lakunya adalah menjadi gambaran kepada prinsip-prinsip Islam
serta adab-adabnya seperti dalam hal makan minum, cara berpakaian, cara
pertuturan, dalam suasana aman, dalam perjalanan malah dalam seluruh tingkah
laku dan diamnya. Membina diri menajdi suri teladan merupakan peranan besar
yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah saw. Firman Allah swt yang bermaksud:
Comments