NABI MUHAMMAD SAW
SEJARAH KENABIAN NABI MUHAMMAD SAW
A. Kelahiran Muhammad
Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya bahwa `Abdullah, ayah Muhammad, wafat saat Amina sedang hamil.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan serbapelik. la hadir dari keluarga miskin
namun cukup terpandang di masyarakat. Beberapa saat kemudian ibunya juga
meninggal dunia dan menjadi anak yatim sejak usia enam tahun. la mulai bekerja
sebagai penggembala kambing di kota Mekah di dataran bumi yang tandus itu.
Mengikuti jejak tradisi kehidupan orang Quraish, ia pun terjun ke dunia bisnis.
Sikap integritas dan keberhasilannya sebagai pedagang, ia berhasil meraih
simpati Khadijah seorang janda tua, cerdik, lagi kaya. Kemudian ia menikahinya.
Muhammad amat terkenal memiliki sikap kejujuran dan integritas di seluruh kota
Mekah dalam semua masalah. Pendapat Ibn Ishaq mengatakan, “Sebelum turunnya
wahyu, orang-orang Quraish telah memberi label sebagai satu-satunya orang
tepercaya (al-amin).
B. Muhammad Manusia Tepercaya
Datang masa yang amat tepat ketika orang
Quraish merasa perlu merenovasi Ka’bah. Mereka bekerja sama di mana setiap anggota suku
mengumpulkan batu-batu untuk membangun kembali sebagian struktur ada. Ketika
konstruksi itu sampai pada peletakan batu hitam (Hajar al-aswad) perselisihan
semakin memanas. Setiap sub-kesukuan ingin mendapat kehormatan meletakkan batu
hitam itu pada sudutnya sampai titik puncaknya mereka membuat aliansi di mana
bentrokan fisik semakin tak terelakan. Abu Umayya, sesepuh di kalangan bangsa
Quraish, mendesak agar orang pertama yang memasuki pintu gerbang tempat suci
ditunjuk sebagai juri dan semua dapat menerima pendapat ini. Orang pertama yang
masuk pintu gerbang tidak lain adalah Muhammad. Ketika orang Quraish melihat,
mereka berkomentar, “Kini hadir orang kepercayaan dan kita semua senang melihat
ia bertindak sebagai hakim. Di sini Muhammad tiba.” Ketika ia diberitahukan
akan adanya perselisihan, ia meminta sehelai kain. Kemudian ia mengambil batu
hitam itu dan meletakkan di atasnya dan meminta setiap kepala suku memegang
bagian ujung penjuru kain dan mengangkat bersama-sama. Semua melakukannya dan
saat mereka sampai pada titik batu hitam la (Muhammad) mengangkat dan
meletakkannya dengan tangan sendiri. Dengan penyelesaian perselisihan yang
memuaskan semua pihak, konstruksi bangunan berjalan tanpa ada gangguan yang
lain.
C. Muhammad Utusan Allah
Dengan diberkahi sikap ideal dan
benci terhadap segala jenis pemberhalaan, Muhammad tidak pernah sujud di depan
patung erang Quraish ataupun ikut serta dalam ritual kemusyrikan. Selain ia
hanya menyembah Tuhan Yang Esa, cara berpikir yang baik, dan keadaan buta huruf
menyebabkan la tak tahu-menahu praktik keagamaan Kristen maupun Yahudi.
Kemudian sewaktu mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan menerima tugas
kenabian, Allah mempersiapkan tugas ini secara bertahap. Pertama, ia melihat
kebenaran sebuah mimpi. la melihat batu memberi hormat padanya, selain itu
pernah mendengar Malaikat Jibril namanya dari langit, dan ia melihat cahaya
bersinar.
‘A’isha melaporkan bahwa pendahuluan
kenabian Muhammad adalah kesempurnaan impiannya: dalam masa enam bulan ia
melihat mimpi begitu akurat menjelma seperti kenyataan. Kemudian, ketika wahyu
pertama turun sewaktu menyendiri di Gua Hira’, Malaikat Jibril muncul di
depannya dan berkali-kali minta agar membaca. Saat melihat sikap dan penjelasan
Muhammad bahwa ia seorang buta huruf, Jibil tetap ngotot hingga akhirnya dapat
menirukan ayat-ayat pertama dari Surah al-’Alaq;
‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpa! darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
|
Inilah pertama kali diturunkannya
wahyu dan permulaan dari Kitab Al-Qur’an. Suatu yang di luar dugaan pada
usia empat puluh, Allah memanggil Muhammad dengan risalah sederhana tetapi
jelas berupa pengakuan (‘Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad
adalah utusan-Nya’). Dengan ini ia telah diberi mukjizat abadi yang dapat
memuaskan akal pikiran, penawan hati yang mampu menggugah kembali jiwa jiwa
yang tak berdaya yaitu berupa Kitab Suci Al-Qur’an.
D. Abu Bakr Menerima Islam
Abu Bakr ibn Quhafa merupakan orang
pertama di luar keluarga Nabi Muhammad. yang menerima Islam yang kemudian
diberi gelar as-Siddiq. la seorang pedagang terkemuka dan disegani yang
kemudian menjadi seorang sahabat setianya. Pada suatu hari ia bertanya pada
Muhammad, ‘Adakah betul apa yang dikatakan orang Quraish tentang engkau wahai Muhammad,
bahwa mengganggu tuhan-tuhan mereka, menghina cara berpikir kita dan tak
percaya pada tata perilaku yang dilakukan bapak-bapak kita terdahulu?’, tanya
Abu Bakr. Muhammad menjawab, “Saya seorang Nabi Allah dan utusan-Nya, saya
diutus untuk menyampaikan risalah-Nya. Saya memanggil ke jalan Allah yang
benar. Karena kebenaran ini aku mengajakmu mengikuti jalan Allah, Tuhan Yang
Esa yang tidak ada menyamai-Nya, agar tidak menyembah kecuali Dia, dan memberi
pertolongan pada mereka yang menaati perintah-Nya.” Kemudian ia membaca
beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang menawan hatinya dan kemudian menyatakan
menerima agama Islam.
Selain sebagai seorang pedagang
kenamaan, Abu Bakr punya makna tersendiri di hati orang Quraish. Dengan
inisiatif sendiri menyampaikan risalah ini, ia mulai mengajak pihak lain
mengikuti jejaknya terutama orang-orang kepercayaan yang sering berjumpa di
pusat perdagangan. Banyak di antara mereka yang mengikuti, di antaranya
az-Zubair bin al-’Awwam, ‘Uthmam bin ‘Affan, Talhah bin `Ubaidillah, Sa’ad bin
Abi Waqqas dan ‘Abdul-Rahman bin ‘Auf. Abu Bakr menjadi pembela utama Nabi
Muhammad dan memiliki keimanan yang prima dalam kondisi serbasulit sekalipun.
Dalam hal perj alanan Nabi Muhammad ke Bait al-Maqdis (Jerusalem), beberapa
pengikutnya tidak dapat menerima secara rational kejadian tersebut yang
mengakibatkan sebagian mereka murtad. Para kafir Mekah mengambil kesempatan
ini membujuk Abu Bakr membelot dari keyakinannya. Adakah ia masih percaya
bahwa Muhammad telah melakukan perjalanan di malam hari ke Jerusalem dan
kembali ke Mekah sebelum fajar? la menjawab, “Tentu saya percaya. Saya percaya terhadap sesuatu yang lebih dianggap
aneh oleh kalian, yaitu sewaktu Muhammad memberitahukan menerima wahyu dari
langit.”
E. Nabi Muhammad Berdakwah secara Terbuka
Setelah tiga tahun lamanya berdakwah
secara rahasia, Nabi Muhammad dapat perintah Allah agar menyebarkan pesan-pesan
dakwah terang-terangan.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik.”
|
Pada tahap awal, Nabi Muhammad
melihat keberhasilan dakwahnya karena para pembesar dan kepala suku tidak ada
di kota Mekah. Saat kembali, mereka mulai membuat perhitungan dan menyadari
akan bahaya agama baru ini. Mereka mulai melakukan penindasan terhadap
masyarakat Muslim yang baru lahir. Beberapa rakyat kecil mulai dipaksa kembali
menerima tata cara kehidupan semula sedang lainnya tetap bertahan pada
kepercayaan agama baru.
Dari hari ke hari kekejaman semakin
meningkat dan Nabi Muhammad setelah lebih kurang dua tahun dalam penindasan
minta mereka yang tak tahan menghadapi ujian agar hijrah ke Habashah. Memasuki
kejadian tahun ke lima kenabian, mereka yang menerima usulan untuk hijrah
berjumlah kurang dari dua puluh orang. Hijrah kedua dimulai tidak lama setelah
melihat meningkatnya penindasan pihak orang-orang kafir yang ingin mencabut
akar pemikiran Islam dari lubuk hati mereka. Melihat kegagalan strategi yang
mereka lakukan, orang-orang kafir mulai mengambil langkah baru.
F. Tawaran Pihak Quraish kepada Muhammad
Dengan masuk Islamnya Hamzah (salah
satu paman Nabi Muhammad) merupakan titik klimaks bahaya yang dirasakan oleh
pihak Quraish. ‘Utba bin Rabi’a, seorang kepala suku melihat Muhammad melakukan
shalat di Masjid al-Haram sendirian dan memberitahukan kepada lain, “Saya akan
pergi menemui Muhammad mengemukakan beberapa usulan yang mudah-mudahan ia
dapat menerimanya. Kita akan tawarkan apa saja yang la mau dan kita akan
membiarkan ia dalam keadaan selamat.” ‘Utba pergi menemuinya dan berkata
“Wahai
saudara sepupuku, anda adalah satu di antara kita, keturunan kabilah termulia
serta memiliki asal usul keturunan yang amat terpandang. Anda hadir di tengah
para pengikut dengan membawa masalah yang amat besar yang mengakibatkan
pecahnya masyarakat. Engkau caci maki tatanan hidup, menghina tuhan-tuhan dan
agama mereka dan anda anggap keturunan mereka sebagai kafir. Sekarang dengar
apa yang hendak saya tawarkan dengan harapan anda akan dapat menerima salah satu
darinya.” Nabi Muhammad setuju ‘Utba meneruskan ucapannya, “Wahai saudara sepupu saya, jika sekiranya
anda menghendaki-dengan apa yang anda bawa-harta kekayaan, kita akan
mengumpulkan seluruh kekayaan dan menganugerahkan pada anda sehingga anda
terlihat sebagai orang terkaya; jika sekiranya anda menghendaki kedudukan, saya
akan mengangkat engkau pemimpin saya dan tak akan ada keputusan apa pun yang
hendak dibuat tanpamu; jika anda menghendaki kekuasaan, saya akan membuatmu
sebagai seorang raja; dan jika yang ada padamu ternyata merupakan roh jahat, seperti yang anda lihat tetapi tak
mampu menghindar, saya akan mencari pakar peruwatan dan menggunakan seluruh
harta kekayaan demi penyembuhan penyakitmu. Biasanya setiap roh jahat ada saja
seorang ahli penyembuhnya.” Setelah mendengar penuh sabar dan perhatian,
Nabi Muhammad mulai menjawab, “Sekarang dengarlah dari saya:
“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang
membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) maka mereka
tidak (kamu) mendengarkan. Mereka berkata, ‘Hati kami berada dalam tutupan
(yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada
sumbatan dan di antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu;
sesungguhnya kami bekerja (pula).’
|
Nabi Muhammad meneruskan bacaan
sementara ‘Utba mendengar penuh perhatian sehingga sampai pada sepotong ayat yang
memerintahkan sujud dan ia melakukannya. Nabi Muhammad kemudian berkata, “Anda
telah mendengar apa yang telah kubacakan dan selanjutnya terserah sikap anda.”
G. Boikot Kaum Quraish terhadap Muhammad dan Sukunya
Melihat kegagalan persuasi yang
dilancarkan kepada Muhammad, para dedengkot Quraish menempuh cara lain.
Mereka mendekati Abu Talib, sesepuh yang paling disegani dan sekaligus paman
dan sumber proteksi baginya. la meminta agar Muhammad berhenti mencaci tuhan
orang lain, mengutuk keturunan, dan agama nenek moyang mereka. Abu Talib diutus
menyampaikan pesan mereka. Melihat sikap pamannya yang semakin goyah dalam membelanya,
Muhammad menjawab, “Wahai pamanku, demi Allah, jika mereka meletakkan matahari
di tangan kanan dan bulan di sebelah kiri memaksa saya agar meninggalkan tugas
ini, saya akan tak akan menyerah. sehingga Allah memberi kemenangan ataupun aku
binasa karena-Nya.” Mendengar ucapannya, Abu Talib menoleh ke belakang sambil
mengusap air mata. Tersentuh oleh ucapannya, ia meyakinkan dan tidak akan
mundur sedikit pun dari pembelaan. Beberapa saat kemudian, sebagian anggota
suku ban! Hashim dan al-Muttalib tidak mau meninggalkan Muhammad dan
menyerahkannya meskipun mereka sama-sama menyembah berhala seperti lazimnya
orang Quraish. Dengan kegagalan saat itu, para pembesar Quraish mengeluarkan
menyatakan pemboikotan terhadap ban! Hashim dan al-Muttalib yang antara lain,
perkawinan dan semua bentuk transaksi perdagangan sesama orang-orang Quraish
agar diputus sampai pada keperluan sehari-hari tidak disediakan. Kekejaman yang
mematikan itu berlangsung selama tiga tahun di mana Nabi Muhammad dan seluruh
pengikutnya menderita kelaparan luar biasa tanpa makanan di tengah padang pasir
tanpa tumbuh-tumbuhan.
H. Sumpah Setia ‘Aqaba
Satu dasawarsa perj alanan dakwah,
Nabi Muhammad mendapat beberapa ratus pengikut yang sabar dan tahan menghadapi
segala penindasan. Pada masa itu pula agama ini dapat menyentuh telinga dan
hati sebagian penduduk Madinah, yang letaknya lebih kurang 450 kilometer dari utara
kota Mekah. Orang-orang Islam dari wilayah itu berkunjung ke Mekah tiap musim
haji yang jumlahnya selalu bertambah sehingga pada akhirnya bertemu dengan Nabi
Muhammad secara diam-diam di ‘Aqaba, dekat Mina di malam hari guna menyampaikan sumpah
dan janji setia dengan noktah-noktah berikut, (1). Tidak akan menyekutukan Allah; (2).
Menaati Nabi Muhammad dalam semua kebaikan; (3). Tidak akan mencuri; (4).
Menjauhi perbuatan zina; (5). Menjauhi perbuatan maksiat, dan (6). Tidak akan
mengumpat orang lain.
Tahun berikutnya dengan jumlah lebih
besar (lebih dari tujuh puluh termasuk wanita) kembali menemui Nabi Muhammad di
musim haji mengundang beliau hijrah ke Madinah. Pada malam itu mereka
mengucapkan sumpah setia yang ke dua kali dengan sedikit penambahan ungkapan
katakata; hendak memberi proteksi pada Nabi Muhammad seperti halnya mereka
memproteksi keluarga mereka. Dengan undangan ini kaum Muslim yang merasa
tertindas dapat menemukan jalan keluar, sebuah perjalanan di mana akan mendapat
sambutan hangat dari penduduknya.
I. Upaya Pembunuhan Nabi Muhammad
Setelah sanksi ekonomi yang amat
kejam itu berjalan tiga tahun, sebagian masyarakat Muslim cenderung menerima
tawaran dan sebagian mulai berhijrah. Menyadari akan gerak yang mungkin
dilakukan oleh Nabi Muhammad ke utara menuju Madinah hanya akan memperlambat
konfrontasi yang tak mungkin terelakan. Demi tercapainya tujuan, para pembesar
Quraish menyadari akan waktu yang tepat untuk mengakhiri permusuhan dengan
kesepakatan menghabisi nyawa Nabi Muhammad.
Setelah mencium upaya itu, Allah
memerintahkan Muhammad agar segera bergegas hijrah ke Madinah secara rahasia.
Tak ada seorang pun yang tahu akan rencana ini kecuali All, Abu Bakr, serta
keluarganya. Nabi Muhammad minta agar ‘Ali tinggal sementara karena dua
alasan. Pertama sebagai upaya diversi, Ali diminta menginap di tempat tidur
Rasulullah persis dengan cara-cara yang dil’akukan Nabi Muhammad dengan
mengenakan kain selimutnya. Hal ini dimaksudkan sebagai trick bagi
mereka yang sedang menunggu. Kedua, upaya pengembalian citra bahwa orang-orang
masih menaruh harapan pada Nabi Muhammad guna memelihara tuhan-tuhan mereka
sebagai kepercayaan sikapnya masih belum ada seorang pun yang mampu menyaingi.
J. Muhammad di Madinah
Menghindari upaya pembunuhan, berkat
rahmat dan izin Allah, Nabi Muhammad berhijrah ditemani sahabat setianya, Abu
Bakr, bersembunyi selama tiga hari di Gua at-Thur yang gelap. Madinah diwarnai
upacara kebesaran saat beliau tiba pada bulan rabi ‘al-awwal, di mana seluruh jalan
penuh dengan luapan ekspresi kegembiraan pantun dan syair. Dengan berakhirnya segala
penindasan, Nabi Muhammad tidak lama kemudian mulai membangun sebuah masjid
sederhana yang cukup luas dan mampu menampung banyak para penuntut ilmu,
tamu-tamu, dan para pelaku ibadah tiap hari dan shalat Jumat. Jauh sebelumnya,
sistem perundang-undangan telah dirancang yang mengatur hubungan tanggung jawab
kaum pendatang dari Mekah dan penduduk Madinah terhadap orang lain, negara
Islam yang baru lahir, sesama orang Yahudi, dan kedudukan serta tanggung jawab
mereka terhadap masyarakat dan negara. Ini merupakan sistem perundang-undangan
pertama yang tertulis dalam sejarah dunia:
Madinah terdiri dari sebagian
beberapa suku orang Yahudi. Aus dan Khazraj adalah suku terbesar di antara yang
ada. Kedua suku itu terikat tali hubungan darah, kendati tak serasi dan sering
kali terlibat dalam konflik bersenjata. Orang-orang Yahudi selalu berubah sikap
yang mengakibatkan keretakan di antara mereka. Kedatangan Nabi Muhammad telah
mengobarkan minat pemeluk agama baru ke setiap rumah suku Aus dan Khazraj,
seperti halnya situasi politik yang semakin jelas dengan terciptanya perundangundangan
baru di mana Nabi Muhammad sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan sekaligus
sebagai pemimpin umat Islam dan juga bangsa Yahudi. Bagi mereka yang tidak suka
memihak pada Nabi Muhammad dianggap kurang bijak untuk melakukan oposisi
terbuka, dan bagi mereka sikap bermuka dua menjadi hal yang rutin. Orang-orang
munafik berupaya menyakiti Nabi Muhammad dan pengikutnya melalui berbagai cara
dan dengan penuh semangat yang tak terpatahkan sepanjang kehidupan beliau.
Permusuhan secara terang-terangan
antara umat Islam dan orang kafir Arab dan keberadaan orang Yahudi, telah
menyulut terjadinya beberapa pertempuran besar dan kecil. Peperangan yang
besar, antara lain, seperti Perang Badardi bulan Ramadan dua tahun setelah hijrah, Perang Uhud yang
terjadi pada bulan Shawwal, tahun ke-3 setelah hijrah; Perang Khandaq di
bulan Shawwal, tahun ke-5 setelah hijrah; Perang Ban! Quraiza, tahun ke-5 setelah
hijrah; Perang
Khaebar, Rabi al-Awwal tahun ke-7 setelah hijrah, Perang Mu’ta, Jumad
al-Awwal tahun ke-8 setelah hijrah, penaklukan kota Mekah (Fathu Makkah), pada
bulan Ramadan tahun ke-8 setelah hijrah, Perang Hunain dan Ta’if, pada
bulan Shawwal tahun ke-8 setelah hijrah, tahun pendelegasian, dan Perang Tabuk pada
bulan Rajab tahun ke-9 setelah hijrah.
Kendati musuh-musuh Nabi Muhammad
dalam peperangan pada umumnya terdiri dari para penyembah berhala, pada
hakikatnya termasuk juga orangorang Yahudi dan Kristen yang beraliansi dengan
kekuatan kafir Quraish dalam melakukan oposisi terhadap orang Islam. Saya sebut
beberapa kejadian dari peperangan ini bukan hendak memperpanjang pembahasan
melainkan sekadar perbandingan merebaknya agama Islam di bawah kepemimpinan
Nabi Muhammad dan sikap kacau bangsa Israel dalam pengembaraan di masa Nabi
Musa dan perjuangan dua belas utusan peserta Nabi Isa.
K. Awal Pecahnya Perang Badar
Nabi Muhammad mendengar berita bahwa
kafilah besar melewati rule dekat kota Madinah di bawah komando kepemimpinan
Abu Sufyan. Nabi Muhammad berusaha menghadangnya namun sempat Abu Sufyan
mencium jejak itu dan akhirnya mengubah rute perjalanan dengan mengirim seorang
utusan ke Mekah agar menambah jumlah personal. Pasukan tempur dengan seribu
tentara dan tujuh ratus unta serta pasukan kuda dipersiapkan atas saran Abu
Jahl, suatu pertunjukan kekuatan raksasa yang hendak menggempur kota Madinah. Setelah
menerima mata-mata tentang kafilah serta perubahan rule perjalanan dan pasukan
militer Abu Jahl, Nabi Muhammad membuat pengumuman minta saran sahabafiya. Abu
Bakr berdiri secara terhormat sikap terhormat yang kemudian diikuti oleh Umar.
Kemudian al-Miqdad bin ‘Amr berkata, “Wahai Nabi Allah, pergilah ke mana Allah
memberitahukan anda dan kita akan bersamamu. Demi Tuhan, saya tidak akan
berkata seperti ban! Israil74 kepada Nabi Musa, pergi
bersama tuhanmu dan perangilah sedang kami akan duduk melihatnya,” Demi Tuhan
yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika sekiranya engkau hendak membawa
saya pada suatu tempat bernama Bark al-Ghimad saya akan berperang sampai mati
bersamamu melawan mereka sehingga engkau dapat menguasainya.” Kata-katanya
terdengar oleh Nabi Muhammad dan ia berterima kasih dan berdoa kepadanya.
Lalu ia mengatakan, “Berilah aku
nasihat wahai manusia sekalian,” yang dimaksud adalah kaum Ansar. Ada dua
alasan di belakang ini: (a). Mereka sebagai anggota masyarakat mayoritas; dan
(b). Ketika kaum Ansar memberi janji setia di ‘Aqaba, mereka menjelaskan bahwa
mereka tidak berhak mendapat keselamatan sehingga ia memasuki daerah mereka.
Saat itu mereka berjanji akan memberi proteksi sebagaimana mereka proteksi pada
para keluarganya. Oleh karena itu, Nabi memberi perhatian jangan jangan mereka
meliliatnya dengan sikap setengah hati terhadap penyerangan tentara Abu Jahl
yang begitu kuat saat masih ada di luar perbatasan kota Madinah. Saat Nabi
Muhammad mengutarakan kata-kata seperti itu, Sa’d bin Mu’adh berkata, “Demi
Allah, mungkin yang dimaksud adalah kami?”. Nabi menjawab, “Tentu, tanpa
diragukan lagi.” Kami percaya pada engkau, kami teguh terhadap kebenaranmu,
kami bersaksi bahwa apa yang engkau dakwahkan adalah benar dan kami telah
memberi sumpah setia untuk mendengar dan menaatinya. Oleh karena itu, pergilah
ke tempat mana pun yang engkau kehendaki dan kami akan tetap bersamamu. Demi
Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau menyeberangi lautan
ini sekalipun, saya akan tetap mengarungi lautan dan tak akan ada seorang pun
yang menunggu-nunggu di belakang. Kita tidak gentar sedikit pun menghadang
musuh-musuhmu di esok hari. Kita cukup berpengalaman dan terlatih dan dapat
dipercaya dalam pertempuran.
Barangkali akan lebih baik saat
Allah mengizinkan kita membuat presentasi sesuatu yang akan membuat engkau
senyum, maka ajaklah menerima rahmat Allah. Nabi Muhammad, semakin yakin
setelah diberi masukan oleh ucapan dari Sa’d dan kemudian siap menuju Badr
dengan pasukan sebanyak 319 orang, dua ratus pasukan kuda dan tujuh puluh
pasukan unta. Di sanalah mereka menghadang kekuatan tentara Quraish: seribu
orang (enam ratus memakai baju tempur anti peluru, seratus pasukan kuda dan
ratusan pasukan unta. Pada hari terakhir karunia Allah tampak terang pada pihak
tentara Muslim, dimana musuh-musuh kafir menderita kekalahan telak dan negara
Islam mulai mencapai tingkat kedewasaan menjadi kekuatan yang terkenal di
Semenanjung Arab.
L. Terbunuhnya Khubaib bin ‘Adil al-Ansari
Khubaib, seorang budak Muslim Safwan
bin Umayya hendak dieksekusi di depan khalayak sebagai sikap balas dendam
terhadap kematian ayahnya yang gugur sewaktu Perang Badr. Orang-orang berkumpul
hendak menyaksikan peristiwa itu. Di antara mereka adalah Abu Sufyan, yang
menghujani berbagai makian terhadap Khubaib saat membawa keluar untuk dihabisi
nyawanya, “Saya bersumpah karena tuhan Khubaib, adakah anda menginginkan Nabi
Muhammad hadir di tempat ini untuk kita penggal lehernya dan anda akan kami
bebaskan hidup bersama keluarga? Khubaib menjawab, “Demi Tuhan, saya tidak akan
mau melihat Nabi Muhammad hadir di sini dan saya lebih suka melihat ia
menduduki kekuasaan daripada saya harus duduk di tengah keluarga.” Abu Sufyan
berkata sumbar, “Saya tidak pernah melihat seseorang mencintai orang lain
seperti mereka mencintai Muhammad.” Kemudian Khubaib dicincang anggota tubuhnya
satu per satu sekecil biji gandum dan darah mengalir dari tiap penjuru sebelum
ia dihabisi.
M. Penaklukan Kota Mekah
Menurut persyaratan Perjanjian
Hudaibiyyah (6 A.H.), semua suku diberi pilihan antara mengikuti Nabi Muhammad
atau orang Quraish sesuai kehendak mereka. Suku Khuza’a memilih bergabung
dengan Nabi Muhammad, sedangkan banu Bakr bergabung dengan pihak Quraish. Bani
Bakr, mengkhianati perjanjian dengan bantuan pihak Qurasih menyerang suku
Khuza’a. Orangorang suku Khuza’a menuju tempat suci Ka’bah dengan menyalahi
tata cara yang telah disepakati tanpa jaminan keamanan. Mereka mengeluh
menuntut keadilan. Nabi Muhammad menawarkan pada pihak Quraish dan ban! Bakr
tiga pilihan, di mana yang terakhir meminta agar perjanjian Hudaibiyyah
dibatalkan. Dengan sikap sombong, pihak Quraish mengambil pilihan ke-3. Setelah
menyadari akan ketidakbijaksanaan pilihan, Abu Sufyan menemui Rasulullah minta
agar perjanjian itu diperbarui akan tetapi kembali dengan tangan hampa.
Nabi Muhammad bersiap-siap melakukan
serangan ke Mekah dan seluruh kabilah yang telah mengucapkan sumpah setia pada
umat Islam diminta bergabung pada pasukannya. Dua puluh satu tahun lamanya
orang Quraish me’lakukan berbagai penindasan, penyiksaan, dan kekejaman
terhadap umat Islam. Roda kini berputar dan mereka sepenuhnya menyadari arti
persiapan yang dilakukan Rasulullah dan rasa cemas menghantui setiap rumah.
Dengan pasukan sebanyak sepuluh ribu, Nabi Muhammad menuju Mekah pada hari ke
sepuluh Ramadan, tahun ke-8 hijrah. Mereka melakukan camping di
suatu tempat bernama Marr Az-Zahran dan orang Quraish memahami akan fakta ini.
Nabi Muhammad bukan hendak mengejutkan pihak musuh dan tidak pula menghendaki
terjadinya pertumpahan darah. la hanya menghendaki pihak Quraish menyadari
sepenuhnya akan situasi sebelum mengambil pilihan perang yang tak berarti.
Sementara Abu Sufyan dan Hakim bin Hizam mulai melakukan tugas mata-mata ketika
mereka bertemu dengan ‘Abbas, paman Nabi Muhammad. ‘Abbas menasihati agar ia
masuk Islam. Islamnya Abu Sufyan berarti pembuka jalan akan kemenangan tanpa
pertumpahan darah.
Kemudian Abu Sufyan menuju Mekah dan
memekik suara tangis dengan lantangnya, “Wahai
orang Quraish, inilah Muhaminad telah hadir ke tempat kalian dengan pasukan
yang tak mungkin kalian mampu melawan. Siapa hendak mengungsi di rumah Abu
Sufyan la akan selamat, siapa yang ingin mengunci pintu rumah sendiri, juga
selamat. Siapa yang masuk tempat suci Mekah juga selamat.” Nabi Muhammad
kembali ke tempat asal kelahirannya, sebuah kota yang membuat ia sengsara
beberapa tahun menghadapi kekejaman dan siksaan. Sekarang pasukan tentara dapat
memasuki Mekah tanpa darah setetes pun. Perlawanan kecil-kecilan terlihat di
sana sini sedang Nabi Muhammad berdiri di depan pintu Ka’bah memberi
kata sambutan dengan diakhiri seruan, “Wahai
orang Quraish, apa yang ada di benak hati kalian tentang apa yang hendak saya
lakukan terhadap kamu semua?” Mereka semua menjawab, “O, saudaraku yang mulia dan anak terhormat saudaraku! Saya tak
mengharapkan sesuatu, kecuali rasa belas kasihmu.” Lalu la menjawab, “Pergilah kalian dengan bebas merdeka!”
Itulah grasi ampunan yang la
demonstrasikan pada tiap penduduk Mekah yang telah melakukan penyiksaan
terhadap umat Islam selama dua puluh tahun. Dalam masa sepuluh tahun semua
Jazirah Arab sejak dari Aman hingga ke Laut Merah, dari sebelah selatan Suriah
ke Yaman jatuh di bawah kekuasaan umat Islam. Hanya satu dasarwarsa setelah
Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, la bukan saja seorang Nabi yang melaksanakan
perintah ketuhananan, melainkan juga seorang pemimpin yang tak ada
bandingannya di seluruh semenanjung Arab yang mampu menyatukan mereka pertama
kali dalam sejarah.
Comments