Tata Tertib



BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 2 / 1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas merumuskan tujuannya pada bab II, pasal 4, yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Maksudnya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Di samping itu, juga memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Namun ketidakdisiplinan masih banyak terjadi di masyarakat. Ketidakdisiplinan bahkan bukan hanya menyangkut penggunaan waktu melainkan juga nampak dalam bentuk berbagai pelanggaran terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Masih sering melihat kecenderungan dari sebagian warga masyarakat untuk hidup santai. Lebih dari itu juga terlihat bahwa sebagian warga masyarakat lebih suka memperoleh keuntungan pribadi dengan jalan melanggar peraturan dan hukum yang berlaku daripada melalui jalan yang sah dan benar. Oleh karena itu, sikap disiplin perlu ditegakkan.
Meningkatkan tata krama juga tidak kalah penting. Sehingga dalam proses pembelajaran tata krama dianggap telah cukup tercakup dalam mata pelajaran agama, tentu hal itu tidak demikian adanya. Walaupun tata krama merupakan bagian dari mata pelajaran agama yang salah satu bahasannya adalah ahklak atau tata krama, pembahasan mengenai hal tersebut pasti memperoleh porsi yang amat kecil. Hal ini mengingat cukup banyak aspek yang membahas dalam mata pelajaran agama dengan alokasi waktu yang amat minim yaitu dua jam dalam seminggu. Oleh karena itu, sentuhan aspek moral / ahklak / budi pekerti / tata krama menjadi amat kurang. Demikian pula, sentuhan agama yang salah satu cabang kecilnya adalah ahklak / budi pekerti menjadi amat tipis dan tandus. Padahal zaman terus berjalan, budaya terus berkembang, teknologi berlari pesat. Arus informasi mancanegara bagai tidak berbatas.
Berdasarkan pengamatan, Meningkatkan Disiplin dan Tata Krama Siswa dalam Upaya Membangun Generasi Penerus Bangsa di Sekolah Dasar kurang diperhatikan, ini disebabkan karena siswa tidak mematuhi tata tertib sekolah, dan juga kurangnya penerapan budi pekerti yang baik dilingkungan keluarga.



C. TUJUAN
Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :
1.      Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Meningkatkan Disiplin Siswa dalam Upaya Membangun Generasi Penerus Bangsa di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro.
2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Meningkatkan Tata Krama Siswa dalam Upaya Membangun Generasi Penerus Bangsa di SDN Margomulyo I Balen Bojonegoro.

E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah :
1. Bagi Siswa ;
a.       Agar Siswa Mentaati Peraturan yang Ada di Sekolahan.
b.      Agar Siswa lebih Sopan dan Mempunyai Tata Krama terhadap Guru, Orang Tua maupun Masyarakat.
2. Bagi Guru ;
a.       Dapat sebagai Masukan untuk Lebih Memperhatikan Siswanya
b.      Dapat Mengetahui Siswa yang Mempunyai Disiplin yang Kurang dan Tata Krama yang tidak baik.
c.       Dapat Memberikan Pengetahuan dan Cara Meningkatkan Disiplin dan Tata Krama Siswa.
3. Bagi Peneliti ;
a.       Sebagai Calon Guru, Penelitian ini dapat Memberikan Pengetahuan dan Pengalaman dalam Menerapkan Metode-metode Pembelajaran di Kelas.
b.      Dapat memberikan Pengetahuan dan Pengalaman dalam Menerapkan Kedisiplinan dan Tata Krama Pada Siswa.
4. Bagi Sekolah ;
a.       Dapat sebagai Masukan dalam Mengetahui Kondisi Siswanya sehingga Mengetahui hal-hal apa saja yang harus ditingkatkan.
b.      Dapat digunakan sebagai Acuan untuk melanjutkan Penelitian di Sekolah tersebut.







BAB II
KAJIAN TEORI


A. PENGERTIAN
Ada dua arti disiplin. Arti yang pertama, yaitu latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu mentaati tata tertib. Arti yang kedua, yaitu ketaatan pada aturan dan tata tertib. (Sumber , Panduan Belajar PPKN SMU 2, Erlangga, Halaman 43).
Sedangkan kedisiplinan, berarti kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, tata tertib, atau norma – norma yang berlaku dalam kehidupan. Dengan membiasakan hidup tertib dan disiplin maka semua kegiatan sehari – hari, seperti belajar, membantu orang tua, dan bermain, akan dapat dikerjakan dengan tertib dan teratur.
Selain itu, kita menjadi terbiasa hidup disiplin yang amat penting dalam memasuki kehidupan yang lebih luas di masyarakat, bangsa dan negara. Hanya orang yang disiplin dan tata tertib dalam hidupnya yang akan berhasil menjadi orang sukses dalam karir kehidupan di masyarakat.

B. JENIS-JENIS DISIPLIN
Berikut ini diuraikan mengenai jenis-jenis disiplin : (Sumber , Panduan Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMU 2, Erlangga, Halaman 43).

1. Disiplin Diri
Sebagai suatu latihan batin dan watak, kedisiplinan memang pertama-tama berkaitan dengan diri seseorang. Dalam hal ini, tumbuhnya kesadaran seseorang akan pentingnya kedisiplinan itu dipengaruhi oleh lingkungan orang yang bersangkutan. Bila yang bersangkutan hidup di lingkungan dengan disiplin tinggi, maka orang tersebut cenderung juga mempunyai perilaku demikian. Begitu pula sebaliknya, kesadaran dan perilaku disiplin itu akan sulit terbentuk, bila di lingkungan kurang memberi dukungan bagi tumbuhnya perilaku itu.
Mungkin saja pada mulanya orang mengalami kesulitan untuk berdisiplin, tetapi bila ia membiasakan diri untuk disiplin secara terus menerus maka perilaku disiplin dapat mempribadi pada seseorang. Bila orang sudah tahap ini, ia merasa kedisiplinan sebagai hal biasa dalam hidupnya. Ini berarti bahwa kedisiplinan orang itu lebih di dasarkan atas faktor kesadaran dan bukan karena dipaksa oleh pihak lain.



2. Disiplin Sosial
Dalam kehidupan bersama yang di dalamnya ada nilai dan norma – norma yang dianut, kesadaran untuk disiplin pada seseorang membuat ia secara sukarela mentaati peraturan yang berlaku. Dia tidak memandang aturan yang berlaku dalam masyarakat sebagai aturan yang mengekang dirinya, tetapi melihat itu sebagai hal yang memang di butuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedisiplinan mengekspresikan kedewasaan seseorang. Kedisiplinan akan tercermin dari bagaimana seseorang mengatur dan memanfaatkan waktu, dan bagaimana ketaatan seseorang terhadap hukum atau norma yang berlaku di masyarakatnya.

3. Disiplin Nasional
Disiplin nasional adalah sikap mental suatu bangsa untuk mentaati suatu tata tertib. Sikap mental itu terwujud dalam bentuk tingkah laku tertib dan teratur,yang mencerminkan penghargaan terhadap norma yang mengatur kehidupan norma secara beradab. Kepatuhan bangsa harus tenjadi secara sadar dan bebas. Hal ini berlaku baik untuk norma sopan santun, norma hukum, norma moral, maupun norma keagamaan.
Di samping itu, disiplin nasional juga menunjuk pada sikap dan perilaku yang di dasarkan pada faktor kesadaran untuk melaksanakan kebijaksanaan nasional. Karena di dasarkan atas faktor kesadaran, maka ketaatan terhadap berbagai kebijaksanaan nasional tersebut tentu tidak tergantung pada pemaksaan dan atau pengawasan pihak lain. Disiplin nasional bukan disiplin yang mati, tetapi disiplin yang hidup, dinamis, kreatif, dan yang dijiwai oleh kesadaran akan nilai – nilai dan tujuan luhur yang telah kita sepakati bersama, yaitu sebagai wujud pengamalan pancasila.

C. PENTINGNYA KEDISIPLINAN
Barikut ini digambarkan penting dan kegunaan kedisiplinan bagi diri, kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. (Sumber, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMK 2, Armico, Halaman 43-44).

1. Kegunaan kedisiplinan bagi diri sendiri
a.       Kedisiplinan bagi diri sendiri sangat penting dalm menunjang keberhasilan karier.
b.      Kedisiplinan diri berguna bagi pengembangan bakat, minat dan cita –cita pribadi.
c.       Orang disiplin akan disukai orang lain.
d.      Orang yang disiplin cenderung dipilh oleh kelompoknya menjadi pemimpin.
e.       Kedisiplinan diri amat penting dalam berlatih meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan mental yang bertanggung jawab.
2. Kegunaan kedisiplinan bagi masyarakat
a.       Terciptanya peraturan, ketertiban, dan keamanan hidup bermasyarakat.
b.      Terlaksananya program – program pembangunan masyarakat.
c.       Berkurangnya pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Kegunaan Kedisiplinan bagi kehidupan bangsa dan negara.
a.       Terciptanya keteraturan, ketertiban dan keamanan hidup berbangsa dan bernegara.
b.      Terlaksananya program – program pembangunan bangsa dan negara.
c.       Berkurangnya pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

D. PENGERTIAN TATA KRAMA

Tata krama atau sopan santun asal mulanya dari kata ”Etiquette” ini mulanya dilahirkan dari Perancis. Sopan santun atau tata krama adalah suatu peradaban lahiriah. Jadinya, mencakup semua tindak-tanduknya manusia yang keluar dari kesederhanaan dan selera baik.
Tata krama atau sopan santun berhubungan erat dengan seluruh kehidupan kita, derajat / pangkat, selera, bakat dan juga umur kita dan terutama pendirian / pandangan hidup. (Sumber, Sikap Kita dalam Pergaulan, PN Nalai Pustaka, Halaman 30).

E. JENIS-JENIS TATA KRAMA
Tata krama dalam realitas di lapangan dibagi menjadi 3 ( tiga ), yaitu : (Sumber, Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, PT Raja Grafindo, Halaman 20-24).

1. Pendidikan Tata Krama di Rumah
Untuk memaparkan tata krama di rumah / keluarga, harus dilihat dahulu kenyataan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 11 juta anak putus sekolah dan 6 juta diantaranya menjadi pekerja anak. Dari 6 juta pekerja anak, sekitar 2 juta anak bekerja dalam kondisi yang sangat membahayakan, baik fisik maupun mentalnya.

Jika dilihat dari presentase jumlah anak yang ada di Indonesia, baru sekitar 2 % yang dapat mengikuti program wajib belajar. Selebihnya tidak memperoleh kesempatan belajar yang selayaknya. Dapat dibayangkan jumlah yang tersisa masih sekitar 88 % justru untuk menjadi pekerja anak untuk membantu ekonomi keluarga. Sehinga mereka tidak mempunyai kesempatan belajar dirumah, khususnya belajar penanaman nilai-nilai tata krama budi pekerti luhur.
Kalaupun ada keluarga yang memiliki kesadaran yang cukup tinggi dengan menanamkan nilai-nilai positif, khususnya nilai-nilai agama sejak dini yang notabenya sudah termasuk nila ahklaq / tata krama di dalamnya, dapat dikatakan jumlahnya masih rendah daripada yang belum mendapatkan penanaman nilai-nilai tata krama budi pekerti luhur.

2. Pendidikan Tata Krama di Masyarakat
Penanaman nilai-nilai tata krama di masyarakatpun menjadi sangat kurang sebagai akibat dari himpitan ekonomi. Semua sibuk memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup. Kontrol sesama masyarakat menjadi kurang, bahkan tidak ada. Semua serba individualistis.
Kondisi kacau di masyarakat seperti ini justru yang sangat berpengaruh pada penanaman nilai-nilai tata krama yang luhur. Keluarga yang anaknya terbebas atau tak terpengaruh sisi negatif lunturnya nilai-nilai tata krama seperti narkoba, tawuran, dan lain-lain tidak peduli pada tetangga / keluarga lain yang secara kebetulan mengalaminya, yang terpenting kelurga sendiri.

3. Pendidikan Tata Krama di Sekolah
Sementara itu, penanaman nilai-nilai tata krama di sekolah, untuk saat ini memang sudah mengalani kemunduran. Data Empiris membuktikan bahwa para gurupun sudah merasa enggan, menegur anak didik yang berlaku tidak sopan di sekolah. Anak didik sering kali berperilaku tidak sopan terhadap guru, melecehkan sesama teman bahkan ada sekolah yang tidak berani mengeluarkan anak didiknya yang sudah jelas-jelas menggunakan narkoba.
Belum lagi posisi materi tata krama yang sejajar dengan kurikulum mulok sampai saat ini memang tidak berdiri sendiri. Materi tersebut diintegrasikan ke dalam dua mata pelajaran, yaitu PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dan Agama. Kalaupun pada akhirnya diintegrasikan pula ke dalam enam mata pelajaran lainnya, yaitu matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), kesenian, Bahasa Indonesia, dan Olah raga, rasanya masih kurang mengingat tingkat tata krama yang telah amat mahal dan langka di masa kini.


BAB III
P E N U T U P


A. KESIMPULAN
Cara meningkatkan kedisiplinan siswa dalam upaya membangun generasi penerus bangsa , berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggung jawab mematuhi semua peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, dan membiasakan diri hidup disiplin, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, maupun di masyarakat umum, serta berusaha menepati janji yang telah dibuat atau disepakati. Disiplin siswa ditinjau dari aspek kedisiplinan presentase keberhasilan tindakan sebesar 70 % dengan taraf keberhasilan baik.
Cara meningkatkan tata krama siswa dalam upaya membangun generasi penerus bangsa adalah dapat dilakukan atas dasar adanya kekuatan yang mendukung yang tertuang dalam sistem Pendidikan Nasional UU No. 2 / 1989, TAP MPR No. X / MPR / 1998 pada Bab IV huruf d dan TAP MPR No. IV / MPR / 1999, serta UU No. 2 / 1989. selain itu peluang : munculnya kesadaran kolektif, yaitu pada dasarnya tingkat kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi untuk menanggulangi kemerosotan moral dan tata krama anak. Tata krama siswa ditinjau dari aspek kesopanan presentase keberhasilan tindakan sebesar 65 % dengan taraf keberhasilan baik.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah sebaiknya peranan guru dalam meningkatkan kedisiplinan dan tata krama siswa dalam upaya membangun generasi penerus bangsa yang baik harus mendapat dukungan dari keluarga. Karena keluarga merupakan pendidikan awal bagi siswa.




DAFTAR PUSTAKA


·         Soetjipto Soemari, S. 1983. Sikap kita dalam Pergaulan. Jakarta : PN Nalai PustakaØ
·         Wijaya Juhana, e. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMK 2. Bandung : ArmicoØ
·         Khoiryah, N. 2004. Penggunaan portofolio dalam Belajar Mandiri untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Konsep Ciri-ciri Mahkluk Hidup Siswa Kelas I C SMPN 2
·         Beji Pasuruan, Malang : Skripsi tidak diterbitkan.
·         Chan M, SamØ & Sam T, Tuti. 2007. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta : PT Raja grafindo.
·         Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi AksaraØ
·         S. Suteng, Bambang, dkk. 2000. Panduan Belajar PPKN SMU 2. Jakarta : ErlanggaØ
·         Muath Abdul Qodir, M. 2005. Akidah akhlak untuk Madrasah Ibtidaiyah / yang sederajat. Surabaya : PT Bina IlmuØ
·         Wardani, dkk. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta ; Universitas Terbuka.Ø

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH Sejarah Singkat Berdirinya Bengkel

DRAMA SINGKAT 5 ORANG (Menghindari Gibah (Gosip))

ANALISA PELUANG USAHA PERANGKAT KERAS