KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kebutuhan Oksigenisasi
Manusia merupakan makhluk yang unik dengan beragam karakteristik dan memiliki kebutuhan - kebutuhan yang berperan penting dalam kelangsungan hidupnya. Salah satu kebutuhan fisiologis dasar yang sangat penting yaitu oksigen. Oksigen berperan penting dalam sistem pernapasan. Pada system pernapasan terdapat berbagai macam penyakit. Hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan oksigenasi yang merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam tubuh manusia, karena berperang penting dalam proses metabolisme dalam tubuh. Jika suplay oksigen berkurang dalam tubuh bisa mengakibatkan terjadinya gangguan didalam tubuh yang bisa sangat berakibat fatal dengan berujung pada kematian. (Wahid, 2008). Kebutuhan oksigenasi harus selalu terpenuhi karena berhubungan erat dengan terjadinya kekambuhan penyakit asma. Oleh karena itu, kekambuhan penyakit asma seharusnya dicegah dengan menghindari alergen yang menyebabkan gejala asma muncul, tetapi apabila tidak dicegah kekambuhannya akan mengakibatkan kematian.
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar Vol. 10 No 01 2019
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
Kebutuhan Nutrisi
Kata Nutrisi berasal dari kata “nutrition” yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan “gizi” yang memiliki makna sebagai makanan yang menyehatkan. Nutrisi atau zat gizi terdapat dalam asupan makanan yang dikonsumsi. Namun tidak semua makanan yang dikonsumsi mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan. Banyak makanan yang beredar dilingkungan sekitar anak mengandung zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh bahkan tergolong berbahaya, seperti halnya makan yang mengandung pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, yang akan memberikan dapat negative pada tubuh anak sehingga dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Secara umum dinegara berkembang ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam memilih dan menyiapkan sajian makanan untuk dikonsumsi keluarganya. Sehingga pengetahuan ibu akan mempengaruhi jenis pangan dan mutu gizi makan yang dikonsumsi keluarganya. Keadaan kesehatan gizi anak sangat bergatung padan tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi dintentukan oleh kualitas dan kuantitas makanannya. Kualitas hidangan makanan ditunjukkan oleh ada tidaknya kadungan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam susunan hidangan. Sedangkan kuantitas menunjukkan jumlah setiap zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan makanan dapat memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi kualitan maupun kuantitas, maka tubuh berada padan kondisi kesehatan yang baik. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) menganjurkan agar kebutuhan energy (karbohidrat) rata-rata sekitar 60-70 %, protein 10-15 %, dan lemak 10-25 %. Sementara vitamin dan mineral yang harus dipenuhi antara lain vitamin A, B, C, D, E, zat besi, seng, tembaga, mangan, dan lain-lain. Menurut Santoso (2009) ada 5 fungsi zat gizi yaitu sebagai:
a. Sumber energi dan tenaga, jika fungsi ini terganggu orang akan menjadi kurang geraknya atau kurang giat dan merasa cepat lelah.
b. Menyokong pertumbuhan badan, yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada.
c. Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus terpakai, yaitu mengganti sel yang nampak jelas pada luka tubuh yaitu terjadinya jaringan penutup luka.
d. Mengatur metabolisme dan berbagi keseimbangan dalam cairan tubuh (keseimbangan air, asam basa dan mineral).
e. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai anti oksidan dan antibodi lainnya.
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Hal : 4, 7, 11, 45 – 53.
Supariana, 2005. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran h:23
Istirahat dan Seksualitas
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-tanda vital. Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Briones, 1996 cit Bukit, 2003). Orang yang sedang sakit membutuhkan istirahat dan tidur lebih banyak dari pada saat mereka normal karena tubuh sedang bekerja keras menyediakan energi untuk pemulihan, namun banyak aspek penyakit juga membuat sulit dalam memenuhi kebutuhan tidur dan istirahat. Seseorang yang sesak nafas atau mengalami gangguan pernafasan sering mengalami kesulitan tidur. Pasien yang mengalami nyeri sering terbangun karena nyeri tersebut (WHO, 1995).
Tidur sebagai kebutuhan dasar manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi gangguan pemenuhan tidur pada seseorang. Potter dan Perry (2006), mengemukakan faktor yang mempengaruhi tidur yaitu: faktor fisiologis, psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting perawat untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi dan kebiasaan tidur klien. Menurut Potter dan Perry (2006), tindakan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap yaitu: periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operatif.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 1, Februari 2009
Personal Hygiene Dalam Praktek Kebidanan
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan keadaan emosional. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Ketika memberikan perawatan kebersihan diri pada pasien, perawat dapat mengkaji status fisik dan emosional pasien, dan dapat mengimplementasi proses perawatan bagi kesehatan total pasien (Potter, 2005).
Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada (Asmadi,2008). Salah satu peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan atau care provider. Peran perawat sebagai care provider harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh, tidak hanya berfokus pada tindakan promotif tetapi juga pada tindakan preventif seperti pelaksanaan personal hygiene. Peran perawat sebagai care provider dalam pelaksanaan personal hygiene ini akan lebih dominan apabila dilaksanakan pada pasien dengan imobilisasi fisik.
Imobilisasi adalah keadaan dimana pasien berbaring lama di tempat tidur, tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktifitas). Imobilisasi dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, trauma, fraktur pada ekstremitas, atau menderita kecacatan (Asmadi, 2008). Keadaan imobilisasi ini menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri sehingga memerlukan bantuan perawat maupun keluarga dalam pemenuhan kebutuhannya termasuk dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 169 ± 174
Konsep dasar Eliminasi
Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan dialami oleh usia lanjut, salah satunya dalam proses berkemih, seperti merasakan keluarnya urin dalam bentuk beberapa tetes pada saat sedang batuk, jogging atau berlari. Bahkan ada juga yang mengalami kesulitan menahan urin sehingga keluar sesaat sebelum berkemih. Semua gejala ini disebut dengan inkontinensia urin. Fungsi kandung kemih normal memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara sistim saraf otonomi dan somatik. ensio urine merupakan suatu kedaruratan yang harus mendapatkan tindakan dan pertolongan secara segera, karena retensi urin total yang berlangsung beberapa hari dapat menyebabkan urosepsis yang berakhir dengan kematian. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui perubahan eliminasi urine pada l ansia. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebanyak 30 (48,3%) lansia mengalami perubahan eliminasi urine dan sisanya 13 lansia (20,9%) tidak mengalami perubahan eliminasi urine, sehingga peran keluarga sangat di perlukan. Keluarga agar dapat mengoptimalkan dukungan dalam perawatan lansia dengan perubahan eliminasi.
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 10 No. 02 2019
e-issn: 2622-0148 p-issn : 2087-0035
Tatalaksana Gangguan Eliminasi Pada Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu peristiwa alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Seorang wanita atau ibu dinyatakan hamil akan mengalami beberapa perubahan baik itu perubahan fisiologis maupun psikologis. Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa kehamilan dapat dikenal dengan tanda kehamilan. Perubahan fisiologis tersebut meliputi perubahan pada sistem reproduksi dan payudara, dimana terdiri dari perubahan pada uterus, ovarium, vagina dan vulva, serta payudara. Perubahan yang terjadi pada sistem tubuh secara umum yaitu meliputi perubahan sistem kerdiovaskular, perubahan sistem endokrin, perubahan sistem respiratori, perubahan sistem gastrointestinal, perubahan sistem skeletal, serta perubahan sistem urinaria (Siswodarmo, 2008). Perubahan sistem urinaria dan ginjal cukup banyak terjadi pada ibu hamil, dimana kecepatan filtrasi dari glomerolus dan aliran darah renal meningkat sampai 50% sebagai akibat dari kenaikan cardiac output. Terjadi pula sedikit hidronefrosis atau hidroureter, hal bisa dikarenakan menurunnya tonus otot atau adanya tekanan dari uterus yang membesar pada kandung kemih. Fungsi ginjal ini berubah akibat adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan (Verralls, 2003; Siswodarmo, 2008; Thadhani, 2012).
Banyak faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta kemampuan klien untuk berkemih, yaitu diet dan asupan makanan, respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan serta kondisi penyakit. Hal ini juga dapat menyebabkan beberapa perubahan tersebut dapat terjadi bersifat akut dan kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi perubahan yang bersifat kronis serta tidak dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2001; Perry dan Potter, 2005).
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 125
Persalinan Dan Nifas
Kondisi kehamilan dan janin yang sehat berdampak positif terhadap keselamatan ibu termasuk bayi saat persalinan. Kondisi kesehatan setelah persalinan (nifas) juga penting bagi ibu yang telah melahirkan. Oleh karena itu, kebutuhan informasi kesehatan nifas bagi para wanita hamil yang telah menjalani proses bersalin perlu didapatkan agar tidak salah dalam mencari, mengumpulkan, dan menganalisisnya.
Periode nifas adalah masa yang penting bagi kesehatan ibu. Pada masa nifas, dibutuhkan perawatan ekstra pada ibu dan bayi. Persepsi dan perilaku yang kurang tepat pada masa nifas dapat menyebabkan komplikasi dan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu (Missiriya, 2016). Komplikasi persalinan seringkali terjadi pada minggu pertama masa nifas. Komplikasi fatal yang umumnya terjadi seperti perdarahan, sepsis, eklamsia dapat menyebabkan kematian ibu pada masa nifas (Shah & Pariyar, 2016).
Pada masa nifas, ibu seharusnya melakukan kunjungan nifas ke fasilitas kesehatan sebanyak minimal 3 kali setelah melahirkan. Kunjungan nifas bertujuan untuk memantau status kesehatan ibu dan bayi, melakukan pencegahan terhadap kemungkinan gangguan kesehatan ibu dan bayi, mendeteksi dini komplikasi atau masalah, dan menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu dan bayi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Kunjungan nifas di Indonesia pada umumnya rendah karena masih banyak ibu yang memiliki kepercayaan bahwa ibu nifas dilarang keluar rumah pada jangka waktu tertentu sehingga ibu terlambat melakukan pemeriksaan (Khafidzoh, et al., 2016).
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
Pengambilan Spesimen Urine Dan Feses
Tahap praanalitik merupakan tahap yang dapat menentukan hasil pemeriksaan urine yang baik. Penatalaksanaan pada tahap ini diperhatikan dan dilakukan dengan baik dan benar untuk menghindari kesalahan pada hasil pemeriksaan urine. Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah cara pengumpulan spesimen, transportasi, penyimpanan dan pengawet urine (Wirawan, 2015).
Fakta bahwa spesimen urine begitu mudah diperoleh atau dikumpulkan sering menyebabkan penanganan spesimen setelah pengumpulan menjadi kelemahan dalam urinalisis. Perubahan komposisi urine terjadi tidak hanya invivo tetapi juga invitro, sehingga membutuhkan prosedur penanganan yang benar. Penanganan spesimen meliputi prosedur penampungan urine dalam wadah spesimen, pemberian identitas spesimen, pengiriman atau penyimpanan spesimen. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan hasil pemeriksaan yang keliru (Riswanto dan Rizki, 2015).
Comments
kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!! :d
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856 ;-)