Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah Pearl Harbour dibom oleh Jepang
pada tanggal 8 Desember 1942, Gubernur Jenderal Hindia Belanda memaklumkan
perang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942 Jepang menyerbu Tarakan
dan pada tanggal 8 Maret 1942 tentara Belanda menyerah di Kalijati dan
kekuasaan diserahkan kepada Jepang yang diwakili oleh Jenderal Imamura. Dengan
demikian penjajahan Belanda yang sudah berlangsung sejak tahun 1800 itu
berakhir.
Tidak memerlukan waktu yang lama, satu
persatu pulau-pulau antara Australia dan Jepang direbut kembali oleh Sekutu.
Pada bulan April 1944 Sekutu telah berhasil menginjakkan kakinya di Irian
Barat, ini menandakan kedudukan Jepang di Indonesia terancam. Oleh karena itu,
untuk merintangi strategi loncat katak Mc Arthur serta menambah kekuatan bagi
jepang, jelas tidak ada cara lain selain kekuatan pribumi diikutsertakan. Untuk
keperluan tersebut, maka Jepang harus bisa memikat hati rakyat Indonesia.
Jepang terus-menerus menderita pukulan
dari pihak Sekutu di medan perang. Pemimpin administrasi militer di Indonesia
Hayashi, menganjurkan kepada Pemerintah Jepang memberi janji kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia, sebab berdasarkan pengamatannya kesengsaraan Bangsa Indonesia
di bawah pemerintah tentara pendudukan sudah tidak tertahan lagi, tetapi berkat
harapan akan kemerdekaan yang selalu ditanamkan oleh pemimpin-pemimpinnya yang
bekerja sama dengan Jepang mereka masih mampu bertahan. Maka kalau Jepang tidak
secara ekplisit memberi janji kemerdekaan itu kepada pemimpin-pemimpin Indonesia
tentu mereka akan berbalik melawan Jepang. Apabila itu terjadi keadaan Jepang
tentunya tidak dapat diselamatkan.
Laporan dan usul Hayashi itu dapat
difahami sebab keadaan rakyat Indonesia di bawah pemerintah Jepang jauh lebih
buruk daripada di bawah pemerintahan Belanda.
Keadaan semakin mendesak dialami Jepang
setelah tentara Sekutu menyerbu Papua Nugini, Kepulauan Salamon dan Marshall,
Ambon, Makasar, Manado, bahkan sudah membom Surabaya. Dengan demikian Jepang
sudah membayangkan kekalahan, maka pada tanggal 1 Maret 1945 Saiko Syikikan
Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang disebut
oleh bangsa Indonesia Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), yang selanjutnya dibubarkan dan diganti dengan Dokuritsu Jumbi Linkai
atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
BAB II
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
A. Peristiwa Rengasdengklok
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas
dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6
Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa
tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang
terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa
Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita tersebut
diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk
orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan
lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia
pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum
of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah,
sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan
telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai
kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya
konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan.
Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik,
Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi
kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran,
Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat
di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada
tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul
Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang
menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan
dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan
perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda
diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB
Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia
melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang.
Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan
kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan
kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa
golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan
rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16
Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat
tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus
diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta
ke Rengasdengklok antara lain:
a.
agar kedua tokoh tersebut tidak
terpengaruh Jepang, dan
b.
mendesak keduanya supaya segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan
Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta
tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin
pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam
harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota
kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai
tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara
anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak
keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya
terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara
Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa
Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas
kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan
dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno
Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.
Akhirnya
Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan
tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat
penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan
para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya
paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno
sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke
Jakarta.
B . Perumusan Naskah Proklamasi
Sekitar
pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju ke
rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks
proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana Maeda cukup penting. Pada
saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan
merupakan aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk bangsa
Indonesia. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam
perumusan teks proklamasi.
Ahmad Soebardjo Ir.
Soekarno Moh.
Hatta
Tokoh yang
Berperan dalam Penyusunan Teks Proklamasi
C . Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Setelah rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan muncul
permasalahan, siapa yang akan menandatangani teks proklamasi? Soekarno
mengusulkan agar semua yang hadir dalam rapat tersebut menandatangani naskah
proklamasi sebagai” Wakilwakil Bangsa Indonesia”. Usulan Soekarno tidak
disetujui para pemuda sebab sebagian besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan
PPKI dianggap sebagai badan bentukan Jepang. Kemudian Sukarni menyarankan agar
Soekarno Hatta yang menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia.
Saran dan usulan Sukarni diterima.
Langkah
selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep teks
proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh Soekarno
Hatta. Perubahan-perubahan tersebut meliputi:
a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi
“Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
Naskah hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah
proklamasi yang autentik. Malam itu juga diputuskan bahwa naskah proklamasi
akan dibacakan pukul 10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada
kemungkinan timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus berpatroli,
akhirnya diubah di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan berbagai persiapan untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul 09.55 WIB, Drs.
Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno. Sebelum
proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan
pidatonya, yang berbunyi:
Demikianlah teks proklamasi kemerdekaan telah dibacakan
oleh Ir. Soekarno. Susunan acara yang direncanakan dalam pembacaan teks
proklamasi kemerdekaan yaitu:
a. pembacaan proklamasi
oleh Ir. Soekarno,
b. pengibaran bendera
Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c. sambutan Walikota
Suwirjo dan dr. Muwardi.
Setelah
dibacakan teks proklamasi, maka telah lahir Republik Indonesia. Suatu peristiwa
yang bersejarah bagi bangsa Indonesia telah terjadi. Peristiwa yang sangat lama
dinantikan oleh segenap lapisan masyarakat, tetapi membutuhkan pengorbanan yang
tidak ternilai harganya. Untuk mengenang jasajasa Ir. Soekarno dan Drs. Moh
Hatta dalam peristiwa proklamasi, maka keduanya diberi gelar Pahlawan
Proklamasi (Proklamator). Selain itu Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya
menjadi Jalan Proklamasi, dan dibangun Monumen Proklamasi.
D. Cara
Penyebaran Teks Proklamasi
Wilayah
Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat
terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi
oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan
berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan
penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui
oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini.
Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat
dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga,
teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei
(sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari
seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F.
Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali
berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang
Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi
telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun
orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi,
tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita
proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat
siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di
Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada
tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para
pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para
pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei)
ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya
Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru
di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita
proklamasi kemerdekaan disiarkan. Usaha dan perjuangan para pemuda dalam
penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat
selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus
1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang
memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media
pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan
juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster,
maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan
slogan Respect our Constitution, August 17!(Hormatilah Konstitusi kami
tanggal 17 Agustus!) Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan
di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga
disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI.
Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
E . Makna dan Arti Penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah
berabad-abad bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi oleh
semangat kebangsaan, dan telah mengorbankan nyawa maupun harta yang tidak
terhitung jumlahnya, maka peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945 merupakan titik puncak perjuangan tersebut. Proklamasi kemerdekaan
merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki makna yang sangat mendalam
bagi bangsa Indonesia.
Berikut
ini makna dan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia
1) Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi
merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan
tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis,
proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan
membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi alat hukum internasional
untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia
mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak
kemerdekaan.
5)
Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi
inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di
setiap keadaan.
BAB III
PENUTUP
17 Agustus 1945
adalah hari bersejarah untuk bangsa Indonesia.Hari yang dinantikan oleh segenap
bangsa Indonesia.Mungkin beberapa teman belum mengetahui mengenai Sejarah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,oleh karena itu saya
akan sedikit memberikan artikel mengenai Sejarah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Kita memang harus
mengetahui Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia agar kita bisa lebih
menghayati dengan penuh hikmat dalam menperingati hari kemerdekaan Indonesia 17
Agustus ini, bukan hanya asal bisa ikut upacara saja, tentunya kita harus
mengetahui sejarah 17 Agustus yaitu hari kemerdekaan bagi Republik Indonesia.
Dengan
proklamasi kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai
bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de facto maupun secara de jure.
Comments