Ahlak Rasulullah SAW Bersama Istrinya
Ahlak
Rasulullah SAW Bersama Istrinya
Tawadhu’
Rasulullah SAW di hadapan istri-istri beliau
Rasulullah SAW bersikap tawadhu’ (rendah diri) dihadapan
istri-istrinya, sampai-sampai beliau membantu istri-istrinya dalam menjalankan
pekerjaan rumah tangga –meskipun ditengah kesibukan beliau menunaikan kewajiban
beliau untuk menyampaikan risalah Allah atau kesibukan mengatur kaum muslimin-.
Aisyah berkata, “Rasulullah SAW dalam kesibukan
membantu istrinya, dan jika tiba waktu sholat maka beliaupun pergi sholat”.
(HR Al-Bukhari V/2245 no 5692)
Imam Al-Bukhari membawakan perkataan Aisyah ini dalam dua bab
yaitu “Bab tentang bagaimanakah seorang (suami) di keluarganya (istrinya)?” dan
“Bab seseorang membantu istrinya”
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin,
apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW jika ia bersamamu (di rumahmu)?”,
Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang
dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit
bajunya, dan mengangkat air di ember”. (HR Ibnu Hibban (Al-Ihsan
XII/490 no 5676, XIV/351 no 6440),)
Dalam buku Syama’il karya At-Thirmidzi, “Dan memerah susu
kambingnya…” (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di As-Shahihah 671)
Berkata Ibnu Hajar, “Hadits ini menganjurkan untuk bersikap
rendah diri dan meninggalkan kesombongan serta seorang suami yang membantu
istrinya”. (Fathul Bari II/163)
Hal ini tidak sebagaimana yang kita lihat pada sebagian suami
yang merasa terhina jika melakukan hal-hal seperti ini, merasa rendah jika
membantu istrinya mencuci, meneyelesaikan beberapa urusan rumah tangga…,
apalagi jika mereka adalah para suami berjas (alias kantoran). Maka seakan-akan
pekerjaan seperti ini tidak pantas mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini
hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami tidak pantas dan tidak layak untuk
melakukannya.
Berikut ini beberapa kisah yang menunjukan tawadu’nya
Rasulullah SAW dihadapan istri-istrinya
Dari Anas bin Malik berkata, “Suatu
saat Nabi SAW di tempat salah seorang istrinya maka salah seorang istri beliau
(yang lain) mengirim sepiring makanan. Maka istri beliau yang beliau sedang
dirumahnyapun memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah
(sehingga makanan berhamburan). Lalu Nabi SAW mengumpulkan pecahan piring
tersebut dan mengumpulkan makanan yang tadinya di piring, beliau berkata, “Ibu
kalian cemburu….” (HR Al-Bukhari V/2003 no 4927)
Ahlak
Rasulullah SAW Bersama Istrinya
Keberadaan Rasulullah SAW sebagai pemimpin tiap hari
tersibukkan dengan beragam persoalan umat, mengurusi dan membimbing mereka
bukanlah menjadi alasan beliau untuk tidak meluangkan waktu membantu istri di
rumah.
Bahkan didapati beliau adalah orang yang perhatian terhadap
pekerjaan dalam rumah. Sebagaimana persaksian Aisyah radhiyallahu ‘anha
ketika ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika di rumah.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan: “Beliau biasa
membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan
shalat.”
Beliau ikut turun tangan meringankan pekerjaan yang ada,
“Beliau manusia sebagaimana manusia yang lain. Beliau
membersihkan pakaian memerah susu kambing dan melayani diri sendiri.”
Sifat penuh pengertian kelembutan kesabaran dan mau memaklumi
keadaan istri amat lekat pada diri Rasul. Aisyah radhiyallahu ‘anha berbagi
cerita tentang kasih sayang dan pengertian beliau SAW:
“Rasulullah SAW masuk ke rumahku sementara di sisiku
ada dua budak perempuan yang sedang berdendang dengan dendangan Bu’ats. Beliau
berbaring di atas pembaringan dan membalikkan wajahnya. Saat itu masuklah Abu
Bakr. Ia pun menghardikku dengan berkata ‘Apakah seruling setan dibiarkan di
sisi Nabi SAW?’ Rasulullah SAW menghadap ke arah Abu Bakr seraya berkata
‘Biarkan keduanya’. Ketika Rasulullah telah tertidur aku memberi isyarat kepada
kedua agar menyudahi dendangan dan keluar. Kedua pun keluar.”
“Termasuk akhlak Nabi SAW beliau sangat baik hubungan
dengan para istri beliau. Wajahnya senantiasa berseri-seri suka bersenda gurau
dan bercumbu rayu bersikap lembut terhadap mereka dan melapangkan mereka dalam
hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya.Sampai-sampai beliau pernah
mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha berlomba lari utk menunjukkan
cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.”
Ummul Mukminin Shafiyyah radhiyallahu ‘anha berkisah
bahwa suatu malam ia pernah mengunjungi Rasulullah SAW saat sedang i’tikaf di
masjid pada sepuluh hari yang akhir di bulan Ramadhan. Shafiyyah berbincang
bersama beliau beberapa waktu. Setelah ia pamitan untuk kembali ke rumahnya.
Rasulullah SAW pun bangkit untuk mengantarkan istrinya. Hingga ketika sampai di
pintu masjid di sisi pintu rumah Ummu Salamah lewat dua orang dari kalangan
Anshar kedua mengucapkan salam lalu berlalu dgn segera.
Melihat gelagat seperti itu Rasulullah SAW menegur kedua “Pelan-pelanlah
kalian dalam berjalan tdk usah terburu-buru seperti itu karena tidak ada yang
perlu kalian khawatirkan. Wanita yg bersamaku ini Shafiyyah bintu Huyai
istriku.” Kedua menjawab “Subhanallah, wahai Rasulullah tidaklah kami
berprasangka jelek padamu.” Beliau menanggapi “Sesungguhnya setan berjalan pada
diri anak Adam seperti beredarnya darah dan aku khawatir ia melemparkan suatu
prasangka di hati kalian.”
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah
yang dilakukan Rasulullah SAW di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab:
“Beliau SAW adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri,
memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan
Tirmidzi)
Dari rumah beliau yang penuh berkah itulah memancar cahaya
Islam, sedangkan beliau sendiri tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal
perut beliau. An-Nu’man bin Basyir menuturkan kepada kita keadaan Rasulullah
SAW:
”Aku telah menyaksikan sendiri keadaan Rasulullah
SAW, sampai-sampai beliau tidak mendapatkan kurma yang jelek sekalipun untuk
mengganjal perut.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
“Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menya-lakan
tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air.”
(HR. Al-Bukhari)
Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah SAW
dari beribadah dan berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah mengumandangkan
azan; “Marilah tegakkan shalat! Marilah menggapai kemenangan!” beliau
segera menyambut seruan tersebut dan meninggalkan segala aktifitas duniawi.
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: “Aku
pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: ‘Apakah yang biasa dilakukan
Rasulullah SAW di rumah?’ ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau biasa
membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk
menunaikan shalat).” (HR. Muslim)
Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau
mengerjakan shalat fardhu di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau
SAW pernah terserang demam yang sangat parah. Sehingga sulit baginya untuk
keluar rumah, yakni sakit yang mengantar beliau menemui Allah SAW.
Comments