Makalah Kimia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat"
karena menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui
berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin
ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip
fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.
Banyak konsep yang dipresentasikan pada tingkat ini
sering dianggap tak lengkap dan tidak akurat secara teknis.
Walaupun demikian, hal tersebut merupakan alat yang luar
biasa. Kimiawan secara reguler menggunakan alat dan penjelasan
yang sederhana dan elegan ini dalam karya mereka, karena terbukti mampu secara
akurat membuat model reaktivitas kimia yang sangat bervariasi.Ilmu kimia secara
sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh
dunia.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini,
diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui kegunaan bahan kimia yang ada di rumah
2. Mengetahui Zat Aditif dalam Bahan Makanan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kimia Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sejalan
dengan dengan kemajuan industri dan tegnologi, kebutuhan manusia akan sarana
yang memadai makin bertambah. Salah satu sarana itu ialah bahan kimia,baik
berupa unsur, senyawa ataupum campuran. Kebayakan dari unsur tersebut terdapat
sebagai persenyawaan. Hanya unsur-unsur yang kurang reaktif saja yang belum
ditemukan dalam keadaan bebas. Tetapi, berkat kemajuan iptek telah dapat
membebaskan unsur-unsur dari persenyawaan yang meliputi unsur logam dan
non logam.selain itu berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui
manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk
kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita
gunakan atau kita lihat sehari-hari.
B.
Kegunaan Bahan Kimia yang Ada di Rumah
Zat-zat
yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni,
melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.campuran suatu zat akan
tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia
akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya.
Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam
bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, pada bab ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan
kimia saja. Bahan kimia yang dimaksud, di antaranya adalah: 1. pembersih; 2.
pemutih pakaian; 3. pewangi; 4. pestisida; 5. zat aditif makanan; 6. zat
adiktif; dan 7. zat psikotropika.
a. Bahan
Kimia Pembersih
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di
antaranya sabun dan detergen, Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan
minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur.
Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian
yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak
suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak. Jika dalam
pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang
bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion
tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini
menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi
bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari
pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan. Kita
perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar
diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang
dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut
akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen
yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh
buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau
tidak hati-hati adalah: a. rusaknya keindahan lingkungan perairan; b.
terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan c. merugikan kesehatan
manusia.
b. Pemutih Pakaian
Pemutih
biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan digunakan untuk menghilangkan
kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya menggunakan
sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di pasaran biasanya mengandung
bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain digunakan sebagai
pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk desinfektan (membasmi
kuman).
Pada
umumnya, bahan pemutih yang dijual di pasaran sudah aman untuk dipakai selama
pemakaiannya sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini juga bisa
bereaksi dengan zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh
karena itu, pemakaian pemutih ini harus sesuai petunjuk.
c. Pewangi
Pewangi
merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita
sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun
sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari
daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga
melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai dalam berbagai
pewangi atau parfum dalam kemasan. Selain zat yang menimbulkan aroma wangi,
pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung zat-zat lain, seperti
alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang berbentuk
padat. Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja
ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut
berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi
sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan
tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan
merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian atas yang melindungi
manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk
itu, kita harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai
mengandung bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
d. Pestisida
Bahan
kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida
dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi
pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama
yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri,
virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing).
Pestisida
yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran
penggunaannya, yaitu:
a) Insektisida,
yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga, seperti belalang,
kepik, wereng, dan ulat. Beberapa jenis insektisida juga dipakai untuk
memberantas sejumlah serangga pengganggu yang ada di rumah, perkantoran, atau
gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh insektisida adalah
basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon.
b) Fungisida,
yaitu pestisida yang dipakai untuk memberantas dan mencegah pertumbuhan jamur
atau cendawan. Bercak yang ada pada daun, karat daun, busuk daun, dan cacar
daun disebabkan oleh serangan jamur. Beberapa contoh fungisida adalah tembaga
oksiklorida, tembaga(I) oksida, karbendazim, organomerkuri, dan natrium
dikromat.
c) Bakterisida,
yaitu pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Pada umumnya, tanaman
yang sudah terserang bakteri sukar untuk disembuhkan. Oleh karena itu,
bakterisida biasanya diberikan kepada tanaman yang masih sehat. Salah satu
contoh dari bakterisida adalah tetramycin, sebagai pembunuh virus CVPD yang
menyerang tanaman jeruk.
d) Rodentisida,
yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat, seperti tikus. Rodentisida dipakai dengan cara mencampurkannya dengan
makanan kesukaan tikus. Dalam meletakkan umpan tersebut harus hati-hati, jangan
sampai termakan oleh binatang lain. Contoh dari pestisida jenis ini adalah
warangan.
e) Nematisida,
yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman jenis cacing
(nematoda). Hama jenis cacing biasanya menyerang akar dan umbi tanaman. Oleh
karena pestisida jenis ini dapat merusak tanaman maka pestisida ini harus sudah
ditaburkan pada tanah tiga minggu sebelum musim tanam. Contoh dari pestisida
jenis ini adalah DD, vapam, dan dazomet.
f) Herbisida,
yaitu pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma),
seperti alang-alang, rerumputan, dan eceng gondok. Contoh dari herbisida adalah
ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
Setiap hari kita memerlukan makanan
untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel
baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga
memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam
tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya suatu makanan tidak
bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya,
tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan
dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan
oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua
jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu
satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap
hari. Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur
sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam
hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat
aditif makanan.
Zat aditif bukan hanya garam dan
gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain. Zat aditif makanan
ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki
tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga
makanan agar tidak cepat busuk, dan lain sebagainya
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif
makanan harus dapat:
a. Memperbaiki
kualitas atau gizi makanan;
b. Membuat
makanan tampak lebih menarik;
c. Meningkatkan cita rasa makanan; dan
d. Membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan
busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat
yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan
berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan
bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat
pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam
sitrat;
2. Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa
dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya,
seperti amil asetat dan asam askorbat. Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun
sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis,
pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya
dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya
bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan
selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat
aditif pada makanan adalah:
- Zat
pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya
warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti
warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning
merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas
maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari
bahan-bahan kimia.
- Zat
pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna
alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan
warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik
bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna
tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu
diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman
(pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh
karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu
harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna.
Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai
zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna
makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya,
zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat
bewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di
pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan
gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu.
Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok
untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang
mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk
menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
- Zat
pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh
dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami
dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga
sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan,
kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya
sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami
terlalu tinggi.
- Zat pemanis
buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat
dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh
karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus)
biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh
pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium
siklamat, aspartam, dan dulsin.Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang
lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki
kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan
garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan
dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan
dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan
karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar
makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah
tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat
aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat
pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman
agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah,
atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/
jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat
dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun,
atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual
di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal
yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat
dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan. Seperti halnya zat pewarna dan
pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat
pengawet buatan.
- Zat
pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai
untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan
untuk mengawetkan ikan.
- Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan
hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai
sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai
untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan
asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat
tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3)
yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah.
Asam fosfat yang biasa
ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet. Selain
pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh
dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di
antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti
mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk
mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya
dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang
tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud
adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam
menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat
memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh
dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik.
4. Zat Penyedap Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu
banyak ragam rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan,
seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih
banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu
sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai
Indonesia.
Jika
rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa
tertentu pada makanan. Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam,
ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa
contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
- oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk
jika dicampur dengan zat penyedap ini;
- etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma
seperti buah nanas pada makanan;
- amil
asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
- amil
valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma
seperti buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan
aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa
yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa
monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan
pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang
berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan
kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut.
Bagi yang menyukai zat penyedap
ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi
yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk
makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya. Pada
pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokan zat aditif
berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu
zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat
aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi.
Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging
dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga
berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi
sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas
pada makanan. Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya tidak terdapat
batasan mengenai jumlah yang boleh dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif
sintetik, terdapat aturan penggunaannya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable
Daily Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang
diperbolehkan dan aman bagi kesehatan.
Jika kita mengonsumsinya
melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Jika kita
mengidentifikasi zat aditif yang dipakai dalam makanan/minuman, lihatlah
kemasan pada makanan/minuman tersebut.
BAB III
penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih
memahami manfaat kimia dalam kehidupan sehari-hari, semoga informasi ini
bisa membantu kita semua dalam menambah wawasan.
B. Saran
Makalah ini memang
masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Comments