MAKALAH OPTIMALISASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH




OPTIMALISASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH
UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BACA

 PENDAHULUAN

      Keberadaan perpustakaan sekolah di suatu sekolah adalah sangat penting. Ibarat tubuh manusia, perpustakaan adalah organ jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Bahkan karena sangat pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah ini, pemerintah mencanangkan bulan September sebagai bulan gemar membaca dan hari kunjung perpustakaan.
      Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan informasi. Perpustakaan sekolah membekali peserta didik berupa keterampilan pembelajaran sepanjang hayat serta imajinasi, memungkinkan mereka hidup sebagai warganegara yang bertanggungjawab. Syarat mutlak peserta didik untuk dapat menggunakan perpustakaan adalah mereka harus bisa membaca dan mempunyai minat baca.
      Membaca adalah keterampilan pertama yang diajarkan guru kepada peserta didik di bangku sekolah. Pengertian membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:72) adalah sebagai berikut: arti kata kerja (verb) baca atau membaca adalah (1) melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; (3) mengucapkan; (4) mengetahui, meramalkan; (5) menduga; memperhitungkan; memahami. Berdasarkan pegertian membaca tersebut ada 4 hal yang menjadi syarat agar kita dapat membaca dengan baik yaitu :
1. Pemahaman Tentang Huruf
2. Pemahaman Angka
3. Pemahaman tentang Gambar/kode
4. Pemahaman Bahasa
      Semua bahan pustaka dalam bentuk apapun pada umumnya berisi keempat hal tersebut. Huruf, angka dan gambar disusun dalam suatu bahasa tertentu dan agar lebih menarik perhatian pembacanya biasanya huruf, angka dan gambar disusun dengan lay out yang menarik, dibuat berwarna-warni, dibuat tebal dan tipis dan lain sebagainya agar memudahkan pembaca memahami isi/maksud dari yang tertulis.
      Membaca dapat digambarkan sebagai sebuah jendela untuk melihat, mengetahui, memahami dan menduga masa lalu, masa kini dan masa depan dunia. Dari berbagai referensi beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari membaca adalah :
1.   Meningkatkan kinerja otak IQ, EQ ,SQ.
2.   Mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas yang kuat.
3.   Membuka wawasan dunia yang luas dan kaya.
4.   Menimba pengetahuan.
5.   Berbagi pengalaman hidup dengan tokoh cerita yang dibaca.
6.   Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang praktis.
7.   Menumbuhkan nilai etika dan moral sesama manusia.
8.   Mengekspresikan emosi dan perasaan yang dimiliki.
9.   Menajamkan daya ingat.
10. Mengasah Mempelajari estetika tulisan dan bahasa. intelektual.
11. Menambah keterampilan berbahasa Indonesia yang baik.


Minat Baca


      Charles W. Elliot seorang tokoh pendidikan AS yang hidup tahun 1834-1926 mengatakan: “Mau tahu siapa teman paling setia, tidak cerewet, gampang ditemui, sekaligus guru nan bijak dan sabar? Dialah buku.”
      Sungguh bijak ungkapan Charles W.Elliot itu. Namun, bagaimana keadaan bangsa kita dalam hal membaca? Berdasarkan laporan World Bank “Educational in Indonesia-From Crisis to Recovery” (1998) kemampuan membaca anak-anak Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Vincent Greanary bahwa peserta didik-peserta didik kelas enam SD di Indonesia kemampuan membacanya hanya 51,7 berada di urutan paling akhir setelah Filipina(52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0) dan Hongkong (75,5). (Ki Supriyoko:2004).
      Demikian juga kebiasaan membaca pada masyarakat umum juga masih rendah. Salah satu indikatornya adalah jumlah surat kabar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Idealnya setiap surat kabar dikonsumsi sepuluh orang, tetapi di Indonesia angkanya 1:45; artinya setiap 45 orang mengonsumsi satu surat kabar. Di Filipina angkanya 1:30 dan di Sri Lanka angkanya 1:38.
      Indikator lainnya kebiasaan membaca masih rendah dapat dilihat dari rendahnya pengunjung perpustakaan. Kepala Perpustakaan Nasional, Dady P. Rachmanata, menyampaikan informasi mengenai rendahnya pengunjung perpustakaan nasional dan perpustakaan daerah di seluruh Indonesia. Dari pengunjung yang datang ke perpustakaan itu, yang meminjam buku hanya 10 sampai dengan 20 persen. Jika peminjam buku tersebut diasumsikan yang mempunyai kebiasaan membaca maka tingkat kebiasaan membaca kita baru 10 sampai dengan 20 persen. Padahal di negara maju angkanya mencapai 80 persen. Berdasarkan data di atas dalam soal membaca, masyarakat kita kalah dibandingkan dengan masyarakat negara berkembang lainnya seperti Filipina apalagi dengan negara maju seperti antara lain Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
      UNDP dalam salah satu publikasinya menyatakan, “Human Development Index 2003” (2003), Indonesia ditempatkan di peringkat 112 dari 174 negara dalam hal kualitas bangsa. Dalam daftar tersebut Indonesia di bawah Vietnam (109), Thailand (74), Malaysia (58), dan Brunei Darussalam (31). United Nations Development Programme (UNDP) menjadikan angka melek huruf sebagi salah satu indikator untuk mengukur kualitas bangsa. Tinggi rendahnya angka melek huruf menentukan tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI) dan tinggi rendahnya HDI menentukan kualitas bangsa. Dari data di tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas bangsa Indonesia masih lebih rendah dibanding negara tetangga Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Dengan demikian kebiasaan membaca, baik langsung maupun tidak langsung sangat menentukan kualitas bangsa.



Peran Perpustakan Sekolah


      Hampir dipastikan setiap orang pasti pernah membaca namun intensitas dan efektifitasnya yang berbeda-beda. Jika menengok data-data yang telah dipaparkan pada tulisan di atas dapat disimpulkan secara umum intensitas dan efektifitas membaca masyarakat Indonesia masih rendah. Oleh karena itu sangat penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia guna meningkatkan kualitas dan daya saing bangsa. Namun pekerjaan ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan karena kita tentu paham bahwa merubah kebiasaan adalah hal yang paling sulit. Solusi yang paling baik adalah dengan memperbaiki kualitas generasi penerus kita yaitu membangun kesadaran masyarakat untuk menumbuhkan dan menanamkan kebiasaan membaca sejak dini (anak-anak). Untuk kepentingan ini ada 3 stakeholder utama yang harus saling bahu membahu untuk menanamkan minat baca sejak dini:
1.   Pemerintah/Depdiknas/Sekolah dalam hal pendanaan untuk pembinaan koleksi perpustakan sekolah.
2.   Guru sebagai pelaksana pendidikan untuk lebih intensif dalam mendorong dan meningkatkan minat baca pada peserta didik.
3.   Orangtua/wali dari peserta didik sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan si anak harus menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini di lingkungan keluarga. Orang tua sebaiknya memberikan teladan bagi putra putrinya untuk gemar membaca. Sesuai dengan prinsip psikologi bahwa cara bertindak seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan yang terekam dalam memori otaknya semasa kecil.
      Di sekolah guru dapat mengajak peserta didik untuk membaca/menelaah buku-buku yang menarik di perpustakaan dan memberi tugas yang sumbernya dicari di perpustakaan. Guru dapat pula mewajibkan peserta didik membaca sebuah buku setiap minggu, dan orang tua wajib menandatangani laporannya. Guru dibantu pustakawan sebaiknya mengajarkan juga kepada peserta didik bagaimana menggunakan perpustakaan; mengenal, mencari, mengumpulkan, mengorganisasikan informasi, dan menyajikan hasil informasi yang dibutuhkan.
      Sekolah dapat menumbuhkan minat baca peserta didik dengan menjadikan perpustakaan bersifat aktif dan kondusif. Perpustakaan sekolah dapat mengadakan kelompok (club) baca, hari baca, wajib baca, jam baca dalam seminggu, bedah buku, story telling, berbagai macam perlombaan misal: membuat cerpen, membuat dan baca puisi, bedah buku, dsb. Untuk merangsang peserta didik agar rajin berkunjung ke perpustakaan dan meminjam buku, perpustakaan sekolah dapat memberikan hadiah atau penghargaan kepada pengunjung/anggota perpustakaan yang paling rajin datang dan meminjam buku yang diadakan secara berkala, misalnya tiap semester atau tiap tahun.
      Jam buka layanan perpustakaan sekolah sebaiknya diatur sedemikian rupa agar peserta didik mempunyai waktu longgar untuk datang ke perpustakaan. Umumnya perpustakaan sekolah buka layanan saat jam istirahat sekolah. Padahal disamping jam istirahat yang sangat terbatas, biasanya pada saat jam istirahat murid banyak yang pergi ke kantin sekolah, musholla dan lain-lain. Untuk mengatasi hal ini, perpustakaan bisa menambah jam buka layanannya saat jam pelajaran telah usai. Jadi peserta didik mempunyai alternatif waktu selain jam istirahat untuk mengunjungi dan mencari informasi yang dibutuhkannya di perpustakaan.
      Koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan akan informasi peserta didiknya. Tentu kebutuhan akan informasi peserta didik untuk jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas berbeda-beda. Apalagi untuk perpustakaan taman kanak-kanak. Dalam dimensi perkembangan psikologis, anak usia SD bacaanya yang ringan yang lebih untuk tujuan membangun kesenangan membaca. Pada akhir usia anak-anak, isi bacaannya didominasi oleh fungsi pengamatan. Di tingkat SLTP anak bukan lagi membaca untuk kesenangan tapi juga untuk meningkatkan pengetahuan. Sedangkan di SLTA, di usia remaja ini (15-17 tahun) isi bacaan anak di dominasi fungsi penalaran secara secara intelektual.
      Perpustakaan sekolah selain mengoleksi buku-buku pelajaran, juga hendaknya memuat buku-buku yang digemari peserta didik (remaja) masa kini, misalnya ”Harry Potter”. Perpustakaan sekolah bisa juga mengoleksi buku komik, fiksi dan cerita rakyat yang bermuatan nilai positif, menarik dan mendidik. Untuk meningkatkan kenyamanan membaca dan agar peserta didik betah di perpustakaan, selama jam buka perpustakaan bisa diperdengarkan musik yang lembut. Ruangan perpustakaan juga diusahakan dilengkapi alat pengatur suhu udara.
      Buku paket pelajaran tetap bisa menjadi koleksi buku perpustakaan sekolah. Akan lebih baik lagi kalau perpustakaan sekolah juga mengoleksi buku pendamping pelajaran. Jadi peserta didik mempunyai alternatif bacaan buku pelajaran selain buku paket. Koleksi buku perpustakaan sebaiknya juga spesifik, yaitu buku yang dibutuhkan peserta didik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tetapi sulit diakses oleh peserta didik, baik itu karena harganya mahal atau terbatas.
      Undang-undang nomor 25 tahun tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan sumber daya pendidikan yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam Renstra Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Departemen Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kegiatan pokok dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah diantaranya adalah peningkatan penyediaan penggunaan dan perawatan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk buku dan alat peraga pendidikan, perpustakaan dan laboratorium bagi sekolah negeri dan swasta secara bertahap.
      Apabila konsep tersebut telah terwujud maka betapa pentingnya perpustakaan di sekolah sehingga merupakan Pusat Sumber Belajar yang begitu besar dalam mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan. Fungsi Perpustakaan Sekolah dengan demikian tidak dapat dipandang remeh. Sekolah harus menyadari betul tentang hal ini sehingga:
1.      Sekolah akan berusaha mengembangkan perpustakaannya karena informasi dan pengetahuan baru lebih cepat berkembang dibanding dengan apa yang telah ada di sekolah.
2.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, maka guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik namun beralih fungsi untuk memfasilitasi belajar mengajar peserta didik.(Sumardjo, 2004:2)
      Membangun perpustakaan sekolah yang bermutu membutuhkan dana yang cukup besar, berbagai aspek perpustakaan yang harus dipenuhi, meliputi status perpustakaan, ruang perpustakaan, tenaga terampil, sarana dan prasarana, koleksi, layanan, pengguna perpustakaan, dana dan lain-lain. Pemerintah seharusnya menyediakan sarana tersebut dan hal itu merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam pengembangan Perpustakaan Sekolah agar berfungsi sebagaimana mestinya.


Penutup


      Perpustakaan sebagai jantung suatu lembaga pendidikan yang memiliki kekuatan dan kemampuan yang langsung mempengaruhi hasil pendidikan serta menentukan masa depan pendidikan itu sendiri. Perpustakaan sebagai pusat kegiatan belajar, sehingga mutu perpustakaan menentukan mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan. Perpustakaan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas dan menghidupkan pembelajaran. Dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perpustakaan sekolah, otomatis memupuk dan meningkatkan minat baca peserta didik. Minat baca akan menjadi budaya baca yang dapat meningkatkan kualitas generasi muda ke arah yang lebih baik lagi dan tentunya dapat meningkatkan kualitas bangsa. Telah terbukti, jika para pustakawan dan guru bekerja sama, maka pesrta didik akan mencapai tingkat literasi, kemampuan membaca, belajar, memecahkan masalah serta keterampilan teknologi informasi dan komunikasi yang lebih tinggi.





Comments

timun_t said…
mantap nih blognya gan... semangat
Imam Losaries said…
hehehe. . bisa aja nih mas bro..

thank's y dah berkunjung
Tulisannya itu asli bikin sendiri ya? Tuisannya dari tugas sekolah tau kampus ya... :)
Imam Losaries said…
Thank's u dah berkunjung sob..
Muchlis said…
Koleksi makalah ni yee..

Imam Losaries said…
iya sob..
bila anda mau berlangganan makalah blog ini bisa kirim email aja sob..

Popular posts from this blog

MAKALAH Sejarah Singkat Berdirinya Bengkel

DRAMA SINGKAT 5 ORANG (Menghindari Gibah (Gosip))

ANALISA PELUANG USAHA PERANGKAT KERAS