MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH RUMAHTANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan
kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan
masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai
negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat
dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country).
Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang
lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian
terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat
kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat
di berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang
berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang
tinggal di sekitar teluk tersebut.
Para
pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan
berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah
tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum,
limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi
lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah
dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.
B. TUJUAN
Dalam penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui cara pengelolaan limbah, selain itu untuk memenuhi
tugas mata pelajaran IPA.
C. METODE
Metode dalam
penulisan ini yaitu dengan studi pustaka.
BAB II
Pengelolaan
Limbah Rumah Tangga
A. PENGERTIAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur,
kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia.
Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas
dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan
dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman
penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah
tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan
lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan
dalam merencanakan pengolahan limbah rumah tangga yaitu dengan :
• Membuat saluran air kotor
• Membuat bak peresapan
• Membuat tempat pembuangan sampah sementara
Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut ;
1) Tidak mencemari sumber
air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air
di bawah permukaan tanah.
2) Tidak mengotori
permukaan tanah.
3) Menghindari tersebarnya
cacing tambang pada permukaan tanah.
4) Mencegah berkembang
biaknya lalat dan serangga lain.
5) Tidak menimbulkan bau
yang mengganggu.
6) Konstruksi agar dibuat
secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7) Jarak minimal antara
sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan
menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan
saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat
khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama
dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat
dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus.
Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
B. PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA
Pengelolaan
yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda
terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat
dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak
dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan
lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan
dan dibuang.
Pengelolaan
sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan
menggunakan saringan khusus.
Pengelolaan
secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan
tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah
tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut
ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.
4.
Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci.
5.
Pengelolaan sampah.
6.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8.
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.
Pengelolaan air limbah
Air
limbah dialirkan melalui saluran ke drum dan air dalam drum akan disaring
dengan koral/ijuk ke luar, dan kemudian meresap ke dalam tanah.
Bahan :
1.
Drum
2.
Koral
3.
Kayu
4.
Ijuk
5.
Pipa pralon
Peralatan
1.
Palu
2.
Besi runcing
3.
Cangkul
4.
Parang
5.
Gergaji
Pembuatan
Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara
lubang 10 cm. Pembuatan lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan
dalam masing-masing 110 cm. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan
drum dimasukkan ke dalam lobang tersebut. Sela-sela drum diselingi dengan
koral/ijuk. Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran ½ bis, atau dari pasangan
batu bata. Drum ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih tahan lama
dicor dengan campuran semen dan pasir yang diberi penguat besi. Untuk
pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah ini.
Gambar 1. Drum yang Dilubangi
Gambar 2. Pembuatan Lubang
Gambar 3. Drum di dalam Lubang Bangunan
Gambar 4. Tutup Bak Penampung
C. Limbah
Rumah Tangga dari Buangan Closet (WC)
Closet
(WC) adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air kotoran tersebut
tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Dibuat bak penampung kotoran (septik
tank) yang terdiri dari bak pengumpul dan bak peresapan serta dihubungkan
dengan saluran pipa pralon. Air limbah closet (WC) dialirkan melalui pralon ke
bak penampung kotoran berdinding kedap air.
Berikut
ini contoh membuat bak penampung kotoran dengan jumlah keluarga 6 orang dan
dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan waktu tinggal dalam tangki direncanakan
minimal 2 hari (24 jam).
Untuk
mendapatkan gambaran besarnya tangki yang harus dibuat maka diperoleh dengan
cara sebagai berikut :
a. Jumlah air
limbah yang dibuang setiap hari sekitar 100 liter/orang/hari.
b. Besarnya
tangki pencerna dalam 1 tahun 2 x 6 x 100 liter = 1.200 liter.
c. Banyaknya
lumpur sebesar 30 liter/orang/tahun.
d. Banyaknya lumpur selama 5 tahun 6 x 30 liter x
5 = 900 liter. e. Jadi untuk melayani keluarga tersebut di atas diperlukan
tangki pencerna 1,2 m3 dengan ruang pengumpul lumpur sebesar 0,9 m3.
1. Cara Pembuatan Closet
Ruang
closet (WC) dibuat tertutup , closet (WC) dengan lubang leher angsa dipasang,
kemudian dibuat tangki kotoran dengan dinding kedap air. Untuk mengalirkan
udara dari tangki keluar dipasang pula pralon berukuran kecil yang berbentuk
huruf T. Kemudian dibuat sumur resapan yang didalamnya diisi kerikil, ijuk dan
dinding peresapan berlubang-lubang. Pembuatannya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
Gambar
5. Pengelolaan Air Limbah Closet (WC)
Closet
tersebut digunakan untuk membuang air kotoran manusia (tinja dan air seni).
Closet perlu dijaga kebersihannya, yaitu dengan menggunakan karbol dengan
takaran yang sesuai dengan aturan. Jangan masukkan benda-benda padat seperti :
kerikil, batu, kertas, kain , plastik,dsb, karena dapat menyumbat saluran air.
Peresapan
air pada Closet tergantung dari kapasitas tangki/bak dan jenis tanahnya.
Semakin kecil bak peresapan, maka akan semakin kecil resapannya.
Keuntungan menggunakan cara ini ialah mudah
dibuat, sederhana, bahan-bahnya mudah didapatkan dan murah. Selain itu cara ini
lebih baik, karena dapat mengurangi pencemaran sumber air bersih disekitarnya.
2. Penggunaan Air Untuk Keperluan Closet
Toilet
siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari
penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter
air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan
hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah
tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit
penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan
pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang
penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah
limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
Dengan
pertimbangan-pertimbangan tersebut, banyak perhatian telah diberikan pada
pembuatan sistem sanitasi yang tahan lama, hemat air, bisa diterima oleh
orang-orang yang akan memakainya, dan memungkinkan penggunaan kembali limbah
yang telah diolah. Pengembangan sanitasi yang paling penting dalam dekade ini
adalah pengesahan bentuk-bentuk sanitasi yang sebelumnya dianggap primitif.
Setelah beberapa tahun penelitian terapan dan kemajuan teknologi, kakus luar
rumah telah ditransformasi menjadi instalasi sederhana tapi canggih yang
memberikan tingkat kenyamanan dan kesehatan yang tinggi. Dua teknologi penting
yang berhubungan dengan kakus ini adalah: lubang kakus yang diperbaiki dan
diberi ventilasi (Ventilated Improved Pit latrine/VIP latrine) dan toilet siram
guyur (Pour Flush Toilet/PF toilet). Dua teknologi ini biayanya jauh lebih
sedikit daripada toilet konvensional yang dihubungkan ke tanki septik atau
sistem saluran pembuangan.
D. Limbah Rumah Tangga dari Saluran Air
Pembuangan
Selain
dari buangan closet (WC) limbah bekas air buangan kamar mandi dan bekas air
cucian juga harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang sedapat
mungkin untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak
jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol
yang jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar
memudahkan pengambilan tutup bak. Agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat
besi penghalang.
Untuk
pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:
Gambar 6.
Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan
Dari
gambar tersebut terlihat kegunatempat pengelolaan limbah, yaitu untuk membuang
air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk membuang air kotoran kamar mandi.
Saluran pengolahan limbah ini perlu dibersihkan secara teratur terutama pada
saringan air. Jangan membuan benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas,
kain, plastik dan barang-barang lainnya, karena akan menyumbat saluran.
Limbah
air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur
resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak
resapan sudah bebas dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu
bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang
berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping
sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga
sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil
dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur
air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya jangan mencemarinya.
P
Disamping
cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran kamar mandi dan limbah
bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui
saluran ke sebuah lubang resapan.
Pertama
dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau
disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran dari batu bata, pasir,
semen atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu
atau seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik
kalau bak resapan ditutup dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan
dapat diberi saluran udara dari pralon. Cara pembuatannya dapat dilihat pada
Gambar di bawah ini.
Gambar 8. Pengelolaan limbah air buangan
kamar mandi dan limbah bekas air cucian.
E. Limbah Industri Rumah Tangga
Industri
rumah tangga seperti industri tempe,
tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu dikelola. Limbah dari industri rumah
tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan
sekitarnya.
Salah
satu cara mengelola limbah rumah tangga adalah dengan membuat 3 bak. Ketiga bak
tersebut digunakan sebagai tempat pengendapan limbah secara bertahap. Dengan
demikian air limbah yang keluar dari bak terakhir sudah tidak membahayakan
lagi.
Cara
pembuatannya ialah buat bak sebanyak 3 buah dari batu bata dengan campuran
pasir dan semen. Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan jangan
sampai ada benda pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan menyumbat
saluran. Antara bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon, antara satu
dengan yang lain letaknya lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah yang berasal
dari limbah industri rumah tangga tergantung pada macam dan jenisnya, industri.
Air
limbah dapat berupa limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan hewan,
pabrik tahu, pabrik tempe,
dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan mengapung. Pada bagian bawah
limbah melalui pipa akan terus mengalir ke bak II. Lemak akan tertinggal dan
akan menempel pad dinding. Untuk mengambil lemak perlu diserok. Dalam Bak II
limbah akan mengalami pengendapan, terus ke bak III begitu juga. Dari pipa pralon
pada bak III air limbah akan keluar dan sudah tidak membahayakan lagi. Untuk
membawa lumpur diperlukan kecepatan 0.1m/detik dan untuk membawa pasir kasar
perlu kecepatan 0,2m/detik. Cara pembuatannya dapat dilihat Gambar di bawah
ini.
Gambar 9. Denah bak pengendap ideal
berbentuk persegi panjang
Gambar 10. Bak limbah industri rumah tangga
Dari
gambar diatas terlihat kegunaannya yaitu untuk membuang limbah industri rumah
tangg dan untuk membuang kotoran-kotoran yang bersifat cair.Bak hendaknya
sering dibersihkan agar kotorannya tidak mengganggu saluranPerlu di kontrol
saluran-salurannya untuk menghindari kemacetan.Jangan membuang limbah berupa
benda padat seperti : kain, kertas, daun-daun, plastik, kerikil, dsb.
Kerugiannya
ialah apabila kurang dikontrol akan sering macet, sehingga air akan keluar ke
atas dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
F. Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga
Bak
sampah dapat dipakai untuk membuang kotoran seperti daun, plastik, kertas.
Pembakaran kotoran dari sampah untuk bak yang dibuat dari kayu diambil dahulu
lalu dibakar di tempat. Sampah kompleks perumahan biasanya diambil dengan
gerobak sampah/truk sampah dan dibuang ke tempat lain.
Dapat
dibuat bak, bisa dari kayu bekas/batu bata atau bisa juga dari porselin. Bak
dari kayu lebih sederhana tetapi kotoran tidak dapat dibakar, karena bak akan
terbakar. Bak yang dari batubata, kotorannya bisa dibakar. Agar supaya kayu
bawah tidak terkena rayap dapat dibuatkan kaki. Begitu pula pada bak batu bata,
agar mudah memindahkan bak. Cara pembuatan bak sampah dapat dilihat pada Gambar
di bawah ini.
Gambar 11. Alternatif bentuk bak sampah
Bak
sampah tersebut digunakan untuk membuang kotoran sampah seperti kertas, daun,
dsb. Agar tetap terawat, maka perlu diperhatikan hal, yaitu:
1) Bak kayu perlu
di cat
2) Setelah penuh
diambil terus dibakar
3) Jangan
membuang yang berbau busuk seperti bangkai, dsb.
1. Mendaur Ulang Sampah Rumah
Tangga
Mendaur
ulang sampah merupakan salah satu cara yang perlu mendapat prioritas utama
dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena gangguan pencemarannya tinggi.
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dalam wadah untuk mencegah pencemaran
lingkungan, gangguan binatang dan menjaga estetika.
Bahan
wadah tempat sampah:
• Wadah portable dapat menggunakan drum, plastik, kayu, anyaman
bambu, dsb.
• Wadah permanen dapat menggunakan pasangan semen dengan ukuran:
panjang dan lebar minimal 75 cm, sedangkan tingginya lebih kurang 100 cm.
Bagian atas dibuatkan tutup yang mudah dibuka/tutup, bagian depan bawah diberi
lobang panen kompos.
Alat
yang telah diuji coba dengan hasil baik adalah drum 200 liter, diberi pasangan
pipa PVC berlubang-lubang untuk penghawaan. Bahan yang dikomposkan berupa
sampah daun dan sisa makanan dapur.
Cara
Pengomposan Sampah Rumah Tangga:
• Drum dipasang tegak, diganjal dan di bawah lubang ditaruh pecahan
genteng untuk mencegah tikus masuk.
• Sampah daun dari pembersihan halaman dikumpulkan di dekat drum
komposter dan dipotong-potong (2,5 - 5 cm) menggunakan parang atau gunting
rumput.
• Sampah dapur ditampung dulu di dapur dalam dua ember kecil
bertutup, yang satu untuk sisa makanan, yang kedua untuk plastik dan
barang-barang bekas lain. Setiap kali ember sisa makanan penuh, dibawa ke
kebun, dan dimasukkan ke dalam drum kemudian di atasnya ditutup rapat dengan
potongan daun atau serbuk gergaji untuk mencegah pencemaran lalat dan
menyeimbangkan C2N ratio. Kemudian di atas lapisan ditaburi aktivator isolar
mikroorganisme 2 - 3 sendok besar(antara lain: orgaded, stardec, dsb.), atau
kompos dan terakhir disiram air agar selalu lembab.
• Demikian dilakukan setiap hari sampai drum penuh dan biarkan
pengomposan berlanjut. Proses pengomposan akan merambat dari bawah ke atas
seperti yang terjadi di lantai hutan.
• Untuk mempercepat pengomposan, sejak drum berisi separuh, perlu
sering ditusuk-tusuk agar terjadi lorong-lorong penghawaan.
• Setelah lebih kurang 6
minggu, kompos dipanen dengan mengeluarkannya dari drum, dikering anginkan dan
dapat langsung dipakai. Sesudah itu drum dapat dipakai kembali.
Pengomposan
sampah dalam jumlah banyak:
Apabila
tersedia banyak bahan baku sampah, misalnya setelah pemangkasan tanaman, bahan
baku ini dapat dimasukkan seluruhnya ke dalam wadah dengan menggunakan sistim
berlapis (sandwich system), dengan ketebalan lapisan kurang lebih 30 cm. Di
atas setiap lapisan bahan baku sampah diberi pupuk kandang, tanah subur, kompos
atau ditaburi aktivator biologis (orgadec, stardec, dll.) kemudian diberi air
supaya lembab. Demikian dilakukan sampai penuh dan wadah segera ditutup untuk
menghindari gangguan berbagai binatang. Untuk tahap pengomposan selanjutnya
lihat poin diatas.
2. Tempat
Pembuangan Akhir dan Penerapan Sanitary Landfill
Sanitary
Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan
dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan porositas tanah. Dasar cekungan
pada sistem ini dilapisi geotekstil. Lapisan yang menyerupai plastik ini
menahan peresapan lindi ke tanah. Diatas lapisan ini, dibuat jaringan pipa yang
akan mengalirkan lindi ke kolam penampungan. Lindi yang telah melalui instalasi
pengolahan baru dapat dibuang ke sungai. Sistem ini juga mensyaratkan sampah
diuruk dengan tanah setebal 15 cm tipa kali timbunan mencapai ketinggian 2
meter.
Gambar 12. Pengolahan sampah dengan system
Sanitary Landfill
Sistem
Sanitary Landfill tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu
sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemarkan tanah dan air tanah.
Di sejumlah negara maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA),
sampah dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan non-organik, sampah
yang mudah terdegradasi dan yang sulit.
Sistem
ini mampu mengontrol emisi gas metan, karbondioksida atau gas berbahaya lainnya
akibat proses pemadatan sampah. RSL juga bisa mengontrol populasi lalat di
sekitar TPA. Sehingga mencegah penebaran bibit penyakit.
Cara
kerjanya, di RSL, sampah ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat sampah
tersebut sebelumnya digali dan tanah liatnya dipadatkan. Lahan ini desbut
ground liner. Usai tanah liat dipadatkan, tanah kemudian dilapisi dengan geo
membran, lapisan mirip plastik berwarna yang dengan ketebalan 2,5 milimeter
yang terbuat dari High Density Polyitilin, salah satu senyawa minyak bumi.
Lapisan ini lah yang nantinya akan menahan air lindi (air kotor yang berbau
yang berasal dari sampah), sehingga tidak akan meresap ke dalam tanah dan
mencemari air tanah. Di atas lapisan geo membran dilapisi lagi geo textile yang
gunanya memfilter kotoran sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara
berkala air lindi ini dikeringkan.
Sebelum
dipadatkan, sampah yang menumpuk diatas lapisan geo textille ini kemudian
ditutup dengan menggunakan lapisan geo membran untuk mencegah menyebarnya gas
metan akibat proses pembusukan sampah (yang dipadatkan) tanpa oksigen.
Geo
membran ini juga akan menyerap panas dan membantu proses pembusukan. Radiasinya
akan dipastikan dapat membunuh lalat dan telur-telurnya di sekitar sampah.
Sementara hasil pembusukan samapah dalam bentuk kompos bisa dijual.
Gas
metan ini juga yang pada akhirnya digunakan untuk memanaskan air hujan yang
sebelumnya ditampung untuk mencuci truk-truk pengangkut sampah. Henky yakin
jika truk sampah yang bentuknya tertutup dicuci setiap kali habis mengangkut
sampah, tidak akan menebarkan bau ke lokasi TPA.
Pengolahan
sampah dengan sistem ini sebenarnya sama saja dengan yang sudah dilaksanakan
TPA Bantar Gebang. Hanya saja, pada Zona I TPA Bantar Gerbang, groun lner tidak
menggunakan geo membran untuk menahan air lindi. Dan terjadi kebocoran yang
menyebabkan pencemaran air serta pencemaran udara.
Jika,
TPA Bantar Gebang direhabilitasi kemudian pola pengolahannya digantikan dengan
RSL, pemerintah daerah Jakarta, emnurut Henky tidak perlu mencari lokasi baru
untuk menampung sampah. Karena sampah dapat diolah secara berkesinambungan dan
sistem di ground liner bisa diperbaiki secara berkala.
Sampah
seperti pecahan kaca, logam, dan plastik dibakar dulu hingga menjadi abu sebelum
ditimbun. Sampah yang mudah terdegradasi seperti sisa makanan, digiling
terlebih dulu sebelum ditimbun. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi
saluran untuk cairan hasil dari pembusukan sampah (lindi). Di dekat TPA harus
ada sumur kontrol untuk mengontrol apakah air tanah di sekitar TPA sudah
tercemar.
TPA di
Indonesia, sesungguhnya tidak menerapkan sanitary landfill seperti yang sering
didengung-dengungkan. Paling banter TPA itu menggunakan sistem open dumping alias
model curah yang lebih primitif dibandingkan dengan sanitary landfill, yakni
sampah ditumpuk bergunung-gunung. Jika sistem ini dilengkapi lapisan dasar
kedap air dan saluran untuk lindi masih dianggap mendingan.
Namun,
kalo tidak sangat berbahaya sekali karena sampah akan mencemari tanah dan air
tanah (berupa bakteri e-coli dan logam berat) secara langsung. Sudah begitu,
sistem open dumping yang digunakan ternyata masih disertai dengan pembakaran
sampah. Padahal, pembakaran sampah itu "haram hukumnya" karena
pembakaran sampah hanya menghasilkan oksidan berbahaya bagi kesehatan, apalagi
kalo sampah yang dibakar adalah sampah non-organik, seperti plastik, kaca, atau
logam. Jika itu dilakukan sama saja dengan memindahkan sampah di permukaan
tanah ke udara dalam bentuk oksidan.
Sampah
landfill yang diproduksi pasar dan rumah tangga, seperti sisa makanan, sisa
sayur mayur, atau segala yang cepat busuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik dan sumber energi untuk membangkitkan listrik dari tenaga uap. Tempat
pembuangan dengan rayonisasi juga mempersingkat waktu waktu dari pengambilan ke
tempat pembuangan sampah untuk langsung diolah. Durasi ini penting untuk
meminimalkan bau akibat proses pembusukan yang tidak dapat ditunda.
Truk-truk
yang menutup sampahnya dengan terpal plastik tebal adalah cermin pengelolaan
sampah yang buruk, dengan ditutup rapat seperti itu bau yang timbul akan lebih
menyengat sebab proses anaerob menghasilkan gas asam sulfida, metan, dan licit.
Sampah cukup ditutup dengan semacam jaring halus yang memungkinkan proses aerob
: menyerap oksigen dan mengeluarkan CO2 yang tidak berbau.
Rayonisasi
pembuangan sampah tidak akan membuat warga sekitarnya terganggu apabila tempat
pembuangan dan pengolahan sampah dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan
polusi. Kompensasi sosialnya, warga sekitar mendapat tambahan subsidi kesehatan
dan pendidikan sebagai insentif.
Indikator
yang bisa dilihat dari komitmen Pemerintah untuk mempercepat kesadaran
masyarakat salah satunya adalah baik buruknya pengelolaan sampah di setiap kota yang selalu parsial,
latah dan berorientasi kepada proyek.
Merujuk
pada Protokol Kyoto (1997) yang sampai saat ini belum diratifikasi oleh
Indonesia, khususnya pada Annex A, disebutkan bahwa jenis-jenis buangan yang
bisa diperdagangkan adalah gas-gas rumah kaca, buangan bahan bakar, serta
buangan industri mineral, logam, pelarut dan limbah. Namun, belum banyak pihak
yang memahami apa yang bisa dimanfaatkan menurut protokol tersebut karena Indonesia masih
belum meratifikasi. Menurut pakar Lingkungan Prof (Em) Dr. Otto Soemarwoto,
" Semua pihak yang berhubungan dengan emisi sebaiknya mempelajari Protokol
Kyoto dan
pengaturannya melalui Mekanisme Pembangunan Bersih sehingga ketika
diratifikasi, semua bisa memanfaatkannya".
Kesadaran
warga untuk mau memilah sampah organik dan anorganik sebetulnya dapat dipicu
dengan memberikan insentif berupa pengurangan pajak bagi restoran, kantor, dan
pusat bisnis yang kooperatif dalam pemilahan sampah ini.
BAB
III
PENUTUP
A. simpulan
Apabila
setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampahnya masing-masing, maka
sisa sampah yang dibuang dari rumah tangga tinggal sedikit berupa limbah non
organik dan inipun masih bisa dimanfaatkan para pemulung.
Limbah
rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah
bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau
sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri,
tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak
mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus
dikelola untuk mengurangi pencemaran.
B. SARAN
Sudah
saatnya masyarakat dididik untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah
secara sederhana. Seperti masyarakat dan pemerintah Kota Brisbane bahu membahu
untuk mengelola sampah secara professional, mereka sadar bahwa sampah jika
dikelola dengan baik selain mempunyai nilai jual juga menjaga lingkungan bersih
dan aman dari polusi.
MOga bermafaat amin…......
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Balas