MAKALAH PUISI
BAB
I
PENDAHULUAN
Sastra pada
dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi
(dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah
pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa
untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya
sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan
manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar
manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya
kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk
dalam kategori Sastra adalah: Puisi, Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan),
syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Berdasarkan
ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna membantu para pembaca
yang ingin menekuni dunia puisi. Selain tentang pengertian dan unsur – unsur
puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PUISI
Secara
etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya
berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry
yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat
atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang
mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau
yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam,
orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat
menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon
Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya
dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1)
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan
puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair
memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya
seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat
berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle
mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair
menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam
puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian
bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth
mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu
perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi
itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
(4) Dunton
berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara
konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan
kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras,
simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh
perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya
berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley
mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam
hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan
menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak,
percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.
Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari
definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun
tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan
bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu
sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada,
irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan
yang bercampur-baur.
B.
UNSUR-UNSUR PUISI
Secara
sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik
, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah
puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata
adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang
dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik
(atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik
bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada
puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi
baru tak ada batasan.
Bait
merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat
buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi
dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang
ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama
(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara
berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata,
perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena
sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat
dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak
hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek
musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar
meskipun tanpa dilagukan.
Makna
adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa
menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis
puisi disampaikan.
Adapun
secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur,
yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur
batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal
sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense);
media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna,
maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
(2) Rasa (feeling),
yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi
suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima,
gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu
sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud
(itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan
puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi,
maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur
fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana
yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik
puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk
puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit
kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji
penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa
yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap
dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan
cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang
dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu
(Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa
figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem
pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan
metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/
yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola
bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang,
sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo,
187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang
pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
C.
Macam-Macam Puisi dan Contohnya
1. Puisi Mbeling
Dalam
bahasa Jawa, kita mengenal kata urakan yang artinya nakal dan suka memberontak
terhadap kemapanan. Mbeling mempunyai arti kurang lebih sama, tetapi berbeda
sedikit. Kata “urakan” mengandung unsur seenaknya, sedangkan “mbeling”
mengandung unsur kecerdasan dan tanggung jawab. Puisi Mbeling dipopulerkan oleh
Remy Sylado tahun 70-an. Yang didobrak oleh puisi Mbeling adalah aturan bahwa
bahasa puisi itu harus “begini” dan “begitu”. Jadi, pendeknya, puisi Mbeling
tidak membedakan major art dan minor art.
Contoh
puisi Mbeling:
DI
BLOK APA?
Oleh:
Remy Sylado
Kalau
Chairil
Anwar
Binatang
jalang
Di blok
apa
Tempatnya
Di
Ragunan
2. Puisi Naratif
Puisi
naratif adalah puisi yang seolah-olah bercerita tentang suatu kisah. Bisa kisah
hidup penyair atau kisah yang berdiri sendiri. Ada puisi naratif yang sederhana, sugestif,
bahkan kompleks.
Contoh
puisi naratif:
Aku
adalah apa yang kupilih
Aku
teringat adagium ‘aku adalah yang aku makan’atau ‘aku menjadi apa yang
kupikirkan’
yang
sebenarnya aku memilih yang kumakan dan kupikir maka aku lebih menyukai
perkataanku ini ‘aku adalah apa yang kupilih’
Aku teringat
betul kala itu kutonton ‘little house on the prairie’ bukannya ‘si unyil’
kubaca
‘hello’ bukannya ‘hai’ dan sekarang aku tahu aku telah jauh hari memilih
hidupku.
Aku pun
teringat,sangat kuingat, saat aku memutuskan pulang dari perantauanku mengadu
nasib di Sumbawa, meski baru sebentar saja disana, malah belum sempat
mengirimkan lamaran ke New Mount, karena sebelumnya, di kapal aku mendengar
Iwan Fals menyanyikan lagu yang menantang pendirianku ‘selamat jalan kawan,
semoga kau benar’ aku memilih pulang
Aku tak
melupakan, tak akan lupa, seketika kakiku tiba di rumah, segera setelahnya aku
terima jadwal mengajar, dan aku memilih menerimanya.
Aku
teringat, masih teringat, haru biru perjuanganku memilih pendamping hidupku,
aku tak
mungkin lupa, ketika aku memilih menyerahkan anak laki pertamaku, usia dua
bulan, ke dokter-dokter bedah otak.
Aku
masih ingat, masih terus ingat, doaku kepada Allah untuk mengijinkanku
merawatnya kembali, apapun yang terjadi.
Aku
teringat dan terus terus terus ingat aku telah memilih, aku mengakui bahwa aku
memilih dan bukan berdiam, aku telah menjadi apa yang kupilih dan bukan
menyerah menyalahkan takdir.
Aku
teringat, tak mungkin lupa, yang kupilih
Melbourne, 20 April 2009
Puisi
untuk Anak Lelakiku tersayang, Senthforth Faizulhub
Senin,
2009 April 20 21:12:00 BNT
3. Puisi Konkret
Menurut
X.J Kennedy, puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, jadi puisi yang
bisa dinikmati dengan keindahan sudut pandang (poems for the eye).
Kalau di Indonesia, kita bisa melihat contoh puisi konkret dari puisi-puisinya
Sutardji Calzoum Bachri.
Contoh
puisi konkret
t
ttt
rrrrr
rrrrrrr
eeeeeeeee
???
Karya
Joyce Klimer di atas itu maksudnya adalah kata “tree” (pohon). Namun, kata
“tree” tidak tergamabarkan dalam kata itu sendiri. Justru, kata “tree” lebih
tergambarkan dalam bentuk visualnya yang berbentuk sepeti pohon.
4. Puisi Gelap
Puisi
gelap adalah puisi yang mempunyai terlalu banyak diksi dan majas sehingga
sangat sulit diinterpretasikan. Menurut Sam Haidy, membaca puisi gelap harus
dengan referensi dan analisis yang cukup sehingga tidak menimbulkan
mis-interpretasi. Biasanya puisi gelap ini ditulis oleh penyair senior yang
ingin bereksperimen dengan gaya
penulisan non-konvensional sehingga sulit dipahami atau penulis pemula yang
karena belum ahli sehingga menimbulkan makna ambigu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
-
Secara etimologis, kata
puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan.
Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan
–poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta.
-
Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran
penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus
menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat
melahirkan karya puisi.
B. Saran
·
Hendaknya pihak sekolah memberikan bimbingan
(kurikulum) kepada siswa yang memiliki potensial di bidang fisika instrument.
·
Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya
tulis ilmih, agar para penuis puisi akan lebih kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
sukses slalu
Comments