Makalah Puisi Kontemporer
KATA PENGANTAR
Segala puja
dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat raya. Teriring pula
salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Amin.
Sebagai
wujud ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kami, maka kami
menyusun makalah yang berjudul “PUISI”.
Kami
berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu untuk terselesainya
makalah ini.
Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.
Semoga
kehadiran makalah ini dapat memberi mamfaat bagi kita semua dalam menjalankan
aktivitas belajar mengajar.
Losari, 29 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I……………................................................................................................ 1
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB II ………….................................................................................................. 2
PUISI
……………………………….......................................................... 2
Unsur –Unsur Puisi ……............................................................................. 2
Struktur Pisik Puisi....................................................................................... 2
Struktur Batin Puisi...................................................................................... 3
Jenis-Jenis Puisi............................................................................................ 3
Puisi Lama.......................................................................................... 3
Puisi Baru........................................................................................... 5
Puisi Kontemporer.............................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) =
I create) adalah seni
tertulis di mana bahasa
digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti
semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan
sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini
masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi
juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaa oraang lain kedaalam
keaadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja
(melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis
untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu
kata/suku kata
yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi
tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk
segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis
dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi
cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah
puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang
baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok
puisi tersebut.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi
itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme
yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Dibeberapa daerah di Indonesia
puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka
enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
BAB II
Puisi
Unsur-unsur puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur
batin puisi
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
- Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
- Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
- Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
- Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
- Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
- Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
- Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
- Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari
- Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
- Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
- Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan
puisi baru
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum
putri satulung besar
Yang beralun
berilir simayang
Mari kecil,
kemari
Aku menyanggul
rambutmu
Aku membawa
sadap gading
Akan membasuh
mukamu
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum
patah
Jangan
dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada
kataku yang salah
Jangan
dimasukkan ke dalam hati
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang
sekarang besi (a)
Dahulu sayang
sekarang benci (a)
- Seloka adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke
Payakumbuh,
Kayu jati
bertimbal jalan
Di mana hati
tak kan rusuh,
Ibu mati bapak
berjalan
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir
kurang siasat (a)
Tentu dirimu
akan tersesat (a)
Barangsiapa
tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah
tiada bertiang (b)
Jika suami
tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak
menjadi kurus (c)
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman
dahulu kala (a)
Tersebutlah
sebuah cerita (a)
Sebuah negeri
yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang
raja nan bijaksana (a)
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak
pergi ke pekan
Yu beli belanak
pun beli sampiran
Ikan panjang
beli dahulu
Kalau anak
pergi berjalan
Ibu cari sanak
pun cari isi
Induk semang
cari dahulu
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan
atas :
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan
batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan
nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat
derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan
khianat dan dusta.
Dengan hikmat
selalu kupandang patung-Mu
menitikkan
darah dari tangan dan kaki
dari mahkota
duri dan membulan paku
Yang dikarati
oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka
yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka
yang dalam nestapa
mengenal-Mu
tersalib di datam hati.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi
Sekarang
Di atas puncak
gunung fantasi
Berdiri aku,
dan dari sana
Mandang ke
bawah, ke tempat berjuang
Generasi
sekarang di panjang masa
Menciptakan
kemegahan baru
Pantun
keindahan Indonesia
Yang jadi
kenang-kenangan
Pada zaman dalam
dunia
(Asmara Hadi)
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak
ada tempat berdiri
Sikap lamban
berarti mati
Siapa yang
bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu
sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
- Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di
Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak
ada yang mencari cinta
di antara
gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta
temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri
dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung
muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk
pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah
dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku
sendiri. Berjalan
menyisir
semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di
ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai
keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat
penyair-penyair salon,
yang bersajak
tentang anggur dan rembulan,
sementara
ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan
juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu
dl kaki dewi kesenian.
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya
antara lain:
- Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita
gagal
Ulangi lagi dan
cari akal
Berkali-kali
kita jatuh
Kembali berdiri
jangan mengeluh
- Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan
bahagia datang
Tersenyum bagai
kencana
Mengharum bagai
cendana
Dalam bah’gia
cinta tiba melayang
Bersinar bagai
matahari
Mewarna
bagaikan sari
- Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang
jua
Kenangan masa
lampau
Menghilang
muncul jua
Yang dulu sinau
silau
Membayang rupa
jua
Adi kanda lama
lalu
Membuat hati
jua
Layu lipu
rindu-sendu
- Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Hanya Kepada
Tuan
Satu-satu
perasaan
Hanya dapat
saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah
merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang saya
serahkan
Hanya dapat
saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah
diresah gelisahkan
Satu-satu
kenyataan
Yang bisa
dirasakan
Hanya dapat
saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan
menerima kenyataan
(Or. Mandank)
- Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah
tengah malam
Angin berhenti
dari bernafas
Sukma jiwaku
rasa tenggelam
Dalam laut
tidak terwatas
Menangis hati
diiris sedih
(Ipih)
- Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia
Tumpah Darahku
Duduk di pantai
tanah yang permai
Tempat
gelombang pecah berderai
Berbuih putih
di pasir terderai
Tampaklah pulau
di lautan hijau
Gunung gemunung
bagus rupanya
Ditimpah air
mulia tampaknya
Tumpah darahku
Indonesia namanya
- Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang
melayang perlahan
Serasa
bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama,
lupa di diri
Bertambah halus
akhirnya seri
Dan bentuk
menjadi hilang
Dalam langit
biru gemilang
Demikian jiwaku
lenyap sekarang
Dalam kehidupan
teguh tenang
- Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa
ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak
berelagu dendang ( b )
Seorang saja di
tengah padang ( b )
Tiada berbaju
buka kepala ( a )
Beginilah nasib
anak gembala ( a )
Berteduh di
bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi
meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah
di senja kala ( a )
Jauh sedikit
sesayup sampai ( a )
Terdengar
olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam
nan molek permai ( a )
Wahai gembala
di segara hijau ( c )
Mendengarkan
puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku
menurutkan dikau ( c )
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini
sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan
keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang
lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata
yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan,
dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini,
yaitu sebagai berikut:
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
- Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
- Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
- Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
- Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
- Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
- Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas
pong
pong di atas
ping
ping ping
bilang pong
pong pong
bilang ping
mau pong?
bilang ping
mau mau bilang
pong
mau ping?
bilang pong
mau mau bilang
ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak
ya ping
ya tak ping ya
tak pong
sembilu jarakMu
merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk
Kapak, 1981)
- Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
- Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat
Gigi
Seseorang lupa
menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur
ia bermimpi
Ada sikat gigi
menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia
bangun pagi hari
Sikat giginya
tinggal sepotong
Sepotong yang
hilang itu agaknya
Tersesat di
dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia
berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira
Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
- Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
- Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
- Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh:
Doktorandus
Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus
berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor
diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional
ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
- Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
- Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
- Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
Comments