ASPEK PRODUKSI DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS

 


 BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

       Perkembangan bisnis atau usaha pada saat ini telah menjadi suatu perkembangan yang sangat signifikan bagi Indonesia. Dari yang berwujud UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) sampai dengan perusahaan-perusahaan besar. Itu menandakan bahwasanya kesadaran akan berwirausaha pada saat ini telah meningkat dari sebelumnya.Tahapan-tahapan membuat suatu usaha adalah suatu proses yang akan membantu kita untuk bisa mendirikan suatu usaha dengan benar. Tahapan tersebut adalah, membuat Ide Bisnis, SKB ( Studi Kelayakan Bisnis ), Perencanaan, dll .Untuk menjalankan usaha diperlukan sebuah studi kelayakan bisnis, apakah sebuah usaha layak dijalankan atau tidak layak dijalankan. Studi kelayakan bisnis bisa disimpulkan untuk menentukan seberapa besar pengembalian sebuah investasi atas suatu aktifitas usaha dan implikasi usaha tersebut dalam sebuah investasi, selalu ada nilai investasi awal atau disebut sumber daya yang akan di alokasikan.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.         Apa definisi studi kelayakan bisnis dalam aspek produksi ?

2.         Apa saja ruang lingkup dalam lingkungan bisnis?

3.         Mengapa studi kelayakan bisnis dalam aspek lingkungan ini perlu dibahas ?

 

1.3  Tujuan

       Untuk mengetahui dampak apa saja yang diakibatkan oleh kegiatan bisnis terhadap kegiatan produksi dari dampak positif dan negatifnya.

.

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1  Aspek Produksi

       Schroeder (1993) memberikan penekanan terhadap definisi kegiatan produksi dan operasi pada 3 hal yaitu:

1.    Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa.

2.    Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa.

3.    Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari    manajemen operasi.

       Keputusan yang di ambil oleh sebuah organisasi mengenai produk yang di tawarkan mempunyai dampak penting terhadap kinerja perusahaan. Sebagian keputusan bisnis mempunyai dampak yang cukup luas, misalnya pilihan mengenai produk baru dan pengembanganpengembangan produk. Keputusan-keputusan seperti ini menyentuh setiap bidang fungsional dan mempengaruhi segala lapisan organisasi.

       Ada empat macam pengambilan keputusan yang sering dihadapi

dalam manajemen operasional.

1.    Peristiwa yang Pasti (Certainty)

2.    Peristiwa Tidak Pasti (Uncertainty)

3.    Peristiwa dengan Resiko (Under Risk)

4.    Peristiwa Akibat Konflik Antarlembaga (Institutional Conflic

      Pola pengambilan keputusan umumnya seperti diuraikan pada gambar diatas ini. Data yang diolah menjadi informasi merupakan unsur terpenting sebagai masukan di dalam sistem pengambilan keputusan, selanjutnya disalurkan melalui prosedur untuk dilakukan peramalan. Hasil dari peramalan yang diperoleh akan merupakan kumpulan alternatif kemungkinan yang bisa saja terjadi. Produksi produk biasanya timbul setelah di lakukan riset atau penelitian terhadap konsumen, produk apa yang sedang di inginkan konsumen serta sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan dan pengembangan produk pada hakikatnya adalah meliputi berbagai macam aktifitas marketing dan hal tersebut merupakan sebuah fungsi yang berorientasi pada konsumen. misalnya Hewlett - Packard (HP) adalah perusahaan pembuat komputer terbesar pertama yang melaksanakan strategi bersaing di zaman komputer baru tahun 1990’an. Manajemen perusahaan ini melaksanakan strategi ganda yakni memperkenalkan perbaikan produk dan penekanan biaya melalui skala ekonomi. perusahaan ini mempunyai strategi produk yang telah sukses di pasar komputer yang sangat kompetitif . Perusahaan yang memproduksi komputer ini tetap memberi kepuasan kepada konsumennya dengan produk-produk inovatif bermutu tinggi, terus-menerus meningkatkan citra mereknya yang kuat , dan secara efektif mengelola cara kerja semua lini, komputer mini, printer, serta perangkat-perangkatnya.Prestasi HP sangat mengagumkan jika di lihat dari persaingan

yang begitu hebat serta adanya pemotongan harga dalam industri komputer dunia pada tahun 1990’an. Pihak manajemen tak putus putusnya melaksanakan strategi yang menawarkan keunggulan nilai maupun keunggulan harga bagi konsumen Analisis dalam aspek produksi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketetapan lokasi dan layout serta kesiagaan mesin yang digunakan.

       Menurut Kasmir (2003) Tujuan yang hendak dicapai dalam penilaian aspek produksi adalah :

1.    Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat

2.    Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga memberikan efisiensi.

3.    Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang tepat dalam menjalankan produksinya.

4.    Agar perusahaan dapat menentukan metode perusahaan yang paling baik.

5.    Agar dapat menentukan kualitas tenaga karja yang dibutuhkan

sekarang dan dimasa yang akan datang.

       Sedangkan menurut Purba (2002) Studi aspek produksi dalam studi kelayakan bisnis dilakukan untuk menjawab pertanyaan : “ Apakah proyek mampu untuk menghasilkan produk setiap tahun sesuai dengan permintaan pasar selama umur proyek ditinjau dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas, maupun harga “.

       Tujuan yang hendak dicapai dalam penilaian aspek produksi adalah

      Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat

      Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga memberikan efisiensi.

      Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang tepat dalam menjalankan produksinya.

      Agar perusahaan dapat menentuka nmetode perusahaanyang paling baik.

      Agar dapat menentukan kualitas tenaga kErja yang dibutuhkan sekarang dan dimasa yang akan datang.

 

2.2  Perencanaan Produk

       Proses produksi menghasilkan produk. Pengusaha haruslah memikirkan tentang mutu produk yang tergantung dari berbagai aspek termasuk desainnya. Sebelum merencanakan desain atau mutu produk, kita harus mengetahui atribut produk yang antara lain adalah :

·      Bentuk produk, warna, bungkus, merk, label, pelayanan perusahaan

·      Atribut produk tersebut selalu memiliki 2 aspek yaitu atribut yanmenunjukan aspek yang tangible yaitu:

·      Aspek teknis yang tercermin dalam bentuk fisik produknya

·      Aspek intangible yaitu aspek yang sosial budaya yang tercermin pada tanggapan masyarakat terhadap pemakaian produk tersebut. Dengan mamakai produk yang desain atau atribut-atribut lainnya (bungkus, merk dagang, dan sebagainya) yang menrik sipembeli maka dia akan merasa bangga bahkan meras berada pada ststus sosial tertentu. Aspek itulah yang merupakan aspek intangible. Menurut Gitosudarmo (2001), dalam perencanaan produk yang akan dihasilkan, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :

a.    Atribut Produk

Atribut yang beraspek teknis (tangible aspect) adalah yang berkaitan dengan kemampuan teknis dari produk tersebut, misalnya keawetan sepada motor, enak didengarnya musik, nikmatnya rasa makanan, dan sebagainya. Aspek nonteknis merupakan aspek yang kasat mata (intangible aspect) seperti persepsi konsumen yang menggunakan produk tertentu.

b.    Posisi Produk

       merupakan pandangan konsumen terhadap posisi dari berbagai produk yang ditawarkan perusahaan kepadanya. Ada produk yang berkenan dan ada produk yng tidak berkenan dihati konsumen, ini dapat dianalisis dengan menggunakan “Analisis Posis Produk”. Analisis ini menentukan atribut utama penentu pemilikan suatu produk dari konsumen. Dalam menentukan poisi produk, manajemen harus memperhatikan produk-produk lainnya terutama prouk yang potensial. Penentuan posisi produk yang tepat akan memberikan gambaran tentang kedudukan produk yang dipasarkannya dalam peta pesaingan dengan produk-produk lainnya, juga menggambarkan kekuatan dan kelemahan

produk dibandingkan dengan produk pesaingnya.

c.    Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle)

       Setiap produk akan masuk dalam jangkauan hidup yang berbeda-beda. Ada produk yang masanya panjang, ada pula yang sangat pendek. Produk-produk yang bersifat mode memiliki siklus hidup yang pendek. Jadi daur hidup produk adalah masa hidup produk mulai dari saat dikeluarkan oleh perusahaan sampai dengan tidak disenangi lagi oleh konsumen.

siklus produk terbagi menjadi 4 fase, antara lain :

1.    Tahap Perkenalan

       Dalam tahap ini penjualan perusahaan masih sangat lambat, laba masih rendah bahkan terkadang rugi, karena sangat sulit untuk memperkenalkan produk baru kepada konsumen. Seringkali produk tersebut diperkenalkan tetapitidak banyak masyarakay yang mengetahinya. Disini berarati perusahaan kurang efektif. Efektifitas tahap ini diukur dari banyaknya masyarakat yang mengenal produk baru tersebut.

2.    Tahap Pertumbuhan

       Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap perkenalan yang berhasil.

Tahap ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a)        Para pemakai awal melakukan pembelian ulang, diikuti dengan pembelian-pembeli potensial.

b)        Tingkat laba tinggi

c)        Harga tetap atau naik sedikit

d)       Biaya promosi tetap atau sedikit naik untuk menghadapi pesaing

e)        Penjualan meningkat secara tajam

f)         Biaya produksi per unit turun

g)        Tahap Kedewasaan

Tahap ini menunjukan adanya masa kejenuhan dimana konsumen sudah mulai bosan, sehingga akan sulit untuk meningkatkan penjualan produk tersebut. Hal ini tercermin pada garis siklusnya menjadi tidak setajam sebelumnya.

3.    Tahap Penurunan

       Pada tahap ini masyarakat sudah tidak menyenangi produk tersebut sehingga penjualan akan merosot tajam.

Ada beberapa faktor mengapa penjualan dalam tahap ini turun :

·      Faktor kemajuan teknologi

·      Faktor perubahan selera konsumen

·      Faktor ketatnya persaingan dalam negeri dan atau luar negeri

4.    Portofolio Produk

       Portofolio produk merupakan keadaan dimana suatu perusahaan memiliki beberapa macam produk yang dihasilkannya dan dipasarkannya kepada masyarakat luas. Dalam analisa portofolio ini seluruh produk yang dipasarkan akan dianalisa secara keseluruhan bersama-sama, sehingga dari sekian produk yang dipasarkan itu, akan ada produk yang sedang berada pada posisi tertentu dan yang lain posisinya berbeda lagi.

 

2.3  Perencanaan Kebutuhan Material

       Perencanaan kebutuhan material (Material Requarment Planning) adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang di rencanakan. Salah satu alasan mengapa MRP digunakan secara cepat dan meluas sebagai teknik manajemen produksi terutama dalam lingkungan manufaktur karena MRP menggunakan kemampuan komputer untuk menyimpan dan mengolah data yang berguna dalam menjalankan kegiatan perusahaan. MRP dapat mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai fungsi dalam perusahaan manufaktur, seperti teknik, produksi, dan pengadaan. Oleh karena itu, hal yang menarik dari MRP tidak hanya fungsinya sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan, melainkan keseluruhan peranannya dalam kegiatan perusahaan.

Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaandan produksi dilakukan melalui pendekatan reaktif sebagai berikut:

1.    Reorder point policy, dimana persediaan secara kontinyu diawasi pengadaan dilakukan apabila jumlah barang persediaan sudah sampai pada tingkat yang ditentukan.

2.    Periodic order cycle policy, dimana persediaan diawasi dan pada setiap periode tertentu sejumlah barang ditambahkan agar jumlah persediaan tetap berada pada tingkat persediaan yang telah ditentukan.MRP sangat bermanfaat bagi perencanaan kebutuhan material untuk komponen yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh komponen lain. Sistem MRP mengendalikan agar komponen yang diperlukan untuk kelancaran produksi dapat tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.

 

2.4  Tujuan MRP

       Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan

sebagai berikut:

a)    Meminimalkan persediaan. Dengan menggunakan metode ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukansaja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.

b)    Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman.

MRP, mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.

c)    Komitmen yang realistis. Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan

dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.

d)    Meningkatkan efisiensi. MPR juga mendorong peningkatan efisiensi

karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal induk produksi.

 

2.5  Komponen MRP

       Komponen MRP terdiri atas jadwal induk produksi, daftar material dan catatan persediaan.

a.    Jadwal Induk Produksi

       Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk pramalan, backlog, rencana suplai/penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to promise, ATP). MPS disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat, dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian produksi.MPS berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas. MPS mangendalikan MRP dan merupakan masukan utama dalam proses MRP. MPS harus dibuat secara realistis, dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas produksi, tenaga kerja, dan subkontraktor. Ketetapan MPS bervariasi berdasarkan jangka waktu perencanaannya. Perencanaan jangka pendek harus lebih akurat, mengingat biasanya berisi pesanan yang sudah pasti (fixed order),

kebutuhan distribusi penrgudangan , dan kebutuhan suku cadang. Semakinjauh jangka waktu perencanaan ketepatan MPS biasanya semakin berkurang.

b.    Daftar Material

      Definisi yang lengkap tentang suatu produk akhir meliputi daftar barang atau meterial yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran atau pembuatan produk akhir tersebut. Setiap produk mungkin memiliki sejumlah komponen, tetapi mungkin juga memiliki ribuan komponen. Setiap komponen sendiri dapat terdiri atas sebuah barang (item ) atau berbagai jenis barang.

c.    Catatan Persediaan

      Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan. Data itu mencakup nomor identifikasi, jumlah barang yang terdapat digudang, jumlah yang akan dialokasikan, tingkat persediaan minimum (safety stock level), komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangan, serta waktu tenggang ( procurement

lead time ) bagi setiap komponen. Data persediaan bisa merupakan catatan manual selama di-up date hari ke hari. Namun, dengan berkembangnya teknologi dan semakin muranhnya harga komputer maka kini banyak perusahaan sudah menggunakan jaringan sistem informasi melalui komputer sehingga apabila barang masuk atau barang terpakai/terjual, datanya bisa

langsung diakses/diketahui disemua unit terkait. Salah satu contoh penemuan teknologi yang bermanfaat bagi manajemen persediaan adalah bar code (automotic identification).

 

2.6  Proses MRP

       Kebutuhan untuk setiap komponen yang diperlikan dalam melaksanakan MPS dihitung dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

1.    Netting , yaitu menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhan kasar dengan memperhitungkan jumlah barang yang akan diterima, jumlah persediaan yang ada, dan jumlah persediaan yang akan dialokasikan.

2.    Konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas-kuantitas pesanan.

3.    Menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktu yang tepat dengan cara menghitung waktu mundur (backward scheduling) dari waktu yang dikehendaki dengan memperhitungkan waktu tenggang, agar memenuhi pesanan komponen yang bersangkutan.

4.    Menjabarkan rencana produksi produk akhir kebutuhan kasar untuk

komponen-komponennya melalui daftar material.

 

 

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

       Pola pengambilan keputusan umumnya seperti diuraikan pada gambar diatas ini. Data yang diolah menjadi informasi merupakan unsur terpenting sebagai masukan di dalam sistem pengambilan keputusan, selanjutnya disalurkan melalui prosedur untuk dilakukan peramalan. Hasil dari peramalan yang diperoleh akan merupakan kumpulan alternatif kemungkinan yang bisa saja terjadi. Produksi produk biasanya timbul setelah di lakukan riset atau penelitian terhadap konsumen, produk apa yang sedang di inginkan konsumen serta sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan dan pengembangan produk pada hakikatnya adalah meliputi berbagai macam aktifitas marketing dan hal tersebut merupakan sebuah fungsi yang berorientasi pada konsumen. misalnya Hewlett - Packard (HP) adalah perusahaan pembuat komputer terbesar pertama yang melaksanakan strategi bersaing di zaman komputer baru tahun 1990’an. Manajemen perusahaan ini melaksanakan strategi ganda yakni memperkenalkan perbaikan produk dan penekanan biaya melalui skala ekonomi.

 

3.2 Saran

        Bila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini yang diakibatkan penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan hilaf mohon dimaklumi

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://achzainiy.blogspot.com/2014/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

file:///F:/aspekproduksi%20BERBAGAI%20STRATEGI%20DAN%20METODE%20sdudykeleyakan bisnis%20MODERN%20~%20M.%20AGUS%20SUDRAJAT.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Just_In_Time_(JIT)

http://dedysuarjaya.blogspot.com/2012/11/aspek produksi.html

http://strategicmanagementcorporate.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

 

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH Sejarah Singkat Berdirinya Bengkel

DRAMA SINGKAT 5 ORANG (Menghindari Gibah (Gosip))

ANALISA PELUANG USAHA PERANGKAT KERAS