MAKALAH TANAMAN SUWEG
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Tanaman suweg adalah tanaman liar dan tumbuh baik di tempat – tempat yang lembab dan terlindungi dari sinar matahari.Tanaman suweg banyak tumbuh di hutan dan salah satu jenis umbi – umbian yang dapat hidup di dalam naungan tanaman hutan yang tinggi, tanpa dipelihara dan perawatan secara kontinyu serta relatif tahan terhadap penyakit. Ukuran umbi suweg bisa mencapai diameter 40 cm, bentuknya bundar pipih, diameter tinggi umbi bisa mencapai 30 cm, umbinya memiliki bobot kurang lebih 5 kg (Purwanto, 2012).
Suweg mempunyai prospek untuk produk tepung umbi maupun pati. Sifat fisikokimia suweg mempunyai amilosa rendah (24,5%) dan amilopektin tinggi (75,5%). Aplikasi hasil penelitian untuk menggali potensi sumber karbohidrat sebagai tepung komposit ataupun sebagai bahan industri perpatian (Septiani dkk, 2015).
2. Perumusan Masalah
Apa kelebihan suweg dibandingkan jenis umbi-umbian lain?
Bagaimana cara budidaya tumbuhan suweg yang baik dan benar?
Apa saja jenis-jenis tumbuhan suweg?
BAB II
PEMBAHASAN
1.Tinjauan Umum
A.MENGANALISIS RUANG LINGKUP DAN KARAKTERISTIK TANAMAN SUWEG
Tanaman suweg (Amorphophallus campanulatus) telah lama dikenal di Indonesia. Pada jaman penjajahan jepang, umbi suweg berperan sebagai sumber cadangan pangan bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat yang terkendala untuk menyediakan beras atau bahan pangan karbohidrat lainnya. Umbi suweg termasuk umbi batang, merupakan perubahan bentuk dari batang yang berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makanan sumber karbohidrat (Pitojo, 2007).
*GAMBAR TANAMAN SUWEG:
KLASIFIKASI
TANAMAN SUWEG
Menurut Tjitrosoepomo (1988), pada taksonomi tumbuhan, tanaman
suweg diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh- tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arales
Famili : Arceae
Spesies : Amorphophallus campanulatus
B.Syarat Tumbuh Suweg
Berikut beberapa syarat tumbuh suweg:
- Jenis tanah yang paling cocok adalah lempung berpasir.
- Tumbuh optimal di dataran rendah, namun mampu beradaptasi hingga ketinggian 800 mdpl.
- Suhu yang cocok berkisar 25 hingga 30 derajat celsius.
- Lokasi dengan curah hujan antara 1000 – 1500 mm/tahun.
- Tempat lembab yang tidak terlalu basah sangat cocok untuk suweg.
- Penyinaran matahari maksimal 40%.
- PH tanah yang b agus antara 6-7.
Secara umum, suweg memiliki tingkat adaptasi yang bagus. Ditanam dilokasi manapun tetap dapat menghasilkan umbi. Namun tentu butuh syarat tumbuh optimal agar dapat tumbuh dengan baik, terutama bila anda ingin membudidayakannya. Tanaman suweg umumnya ditanam di pekarangan dan tegalan. Pertumbuhannya diawali dengan munculnya semacam kuncup bunga dari dalam tanah pada musim hujan. Suweg dapat tumbuh baik hingga elevasi 2.500 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 1.000-1500 mm/tahun.
Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus) merupakan jenis umbi yang mulai bertunas di awal musim kemarau dan dapat dipanen pada akhir tahun.
C.PERSIAPAN LAHAN
Penyiapan lahan dimulai dari sanitasi pembersihan gulma secara keseluruhan. Selanjutnya pengolahan tanah menggunakan cangkul atau bajak. Walau tidak dibajak sekalipun, sebenarnya suweg tetap dapat tumbuh dengan baik, namun tetap lebih baik diolah tanahnya terlebih dahulu.
Selanjutnya dibuat guludan dan selokan pada masing-masing tepi lahan sebagai sarana irigasi. Bila tidak ingin dibuat guludan tidak masalah, tapi lahan harus rata, karena suweg tidak suka di tempat yang tergenang air. Bila memungkingkan, taburi tanah dengan kompos, obat rumput dan nematisida agar terbebas dari gulma dan hama nantinya.
Buatlah lubang tanam yang sekiranya cukup untuk dimasukan bibit suweg. Jarak tanam yang bagus adalah 1 meter x 1 meter. Namun bisa juga 1,2 meter x 1,2 meter karena tanaman ini dapat mencapai tinggi 2 meter dan lebar 1 meter lebih.
D.PENANAMAN SUWEG
Dengan umbi: Ambil umbi yang sudah siap panen, pilihlah yang berukuran kecil dari tanaman yang bagus dan sempurna. Selanjutnya letakan ditempat lembab dan terlindungi, biarkan selama beberapa bulan hingga muncul tunasnya. Bibit yang sudah siap tanam adalah yang tunasnya sudah mencapai minimal 5 cm.
Dengan biji: Cara ini bisa dikatakan cukup sulit tingkat pertumbuhannya. Suweg akan berbunga tiap 2 hingga 4 tahun, nantinya akan ada bijinya yang dalam 1 tanaman berjumlah sekitar 200 lebih. Biji ini disemai pada wadah kecil. Jaga kelembabannya dan jangan sampai tergenang air. Bila sudah tumbuh sekitar 10 sampai 15 cm, anda bisa memindahkannya ke tempat yang lebih besar.
Suweg berbeda dengan porang, jika porang memiliki bintil atau katak yang bisa menjadi alat perkembangbiakan, suweg tidak memilikinya. Maka dari itu hanya bisa didapatkan bibit dari 2 teknik di atas.
E.Perawatan Tanaman
Selama masa pembudidayaan, suweg harus dilakukan beberapa perawatan rutin. Diantaranya ada:
Pemupukan: dilakukan bila tanaman kekurangan nutrisi dengan ditandai daun yang menguning dan kecoklatan menggulung pada ujung daun. Pupuk yang bagus adalah NPK, bisa NPK cair, maupun granule. Yang penting dosis secukupnya saja, sekitar 5 gram per tanaman. Namun bila tanaman tumbuh dengan subur, tidak perlu dilakukan pemupukan.
Penyiangan: Gulma akan berebut unsur hara apabila dibiarkan begitu saja. Penyiangan rutin setidaknya 6 bulan sekali sangat bagus untuk tanaman suweg.
Pengairan: Bila tanaman sudah tercukupi dari air hujan, sebenarnya sudah cukup dan tidak perlu diairi kembali. Saat musim kemarau saat tanaman layu mati, jangan disiram dan diberi air, karena fase ini memang siklus yang harus dijalani oleh tanaman. Bila terkena air, nanti akan tumbuh lagi sebelum waktunya.
F.HAMA DAN PENYAKIT
Penyakit bakteria pada suweg adalah busuk basah oleh Erwinia carotovora, penyakit Konjac mosaic virus dan Dasheen mosaic virus (DMV).
G.Panen
Ciri suweg yang siap panen cukup unik. Jika tanaman tersebut mulai layu, menguning, daunnya rusak, mengering, tumbang dan busuk, berarti umbi tersebut sudah siap diolah batang hingga umbinya (http://www.jawapos.co.id, 2010).
Sebagai persiapan panen, untuk menghasilkan umbi berkualitas, utuh, bersih tidak berjamur terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan :
1. Pada saat menggali tanah untuk mengambil umbi, harus diperkirakan jarak yang optimal dari batang sehingga cangkul / alat penggali tidak sampai menyebabkan umbi luka atau bahkan terbelah.
2. Tiriskan umbi yang masih basah, kalau tanah cukup kering atau gembur, tanah yang membungkus umbi bisa langsung di buang dengan tangan. Sedangkan jika tanah yang menempel umbi terlalu becek, perlu di jemur. Tanah yang kering bisa dengan mudah dikeringkan.
3. Letakkan umbi panenan di tempat yang terbuka, teduh, dan tidak terkena air hujan atau air yang lain secara langsung. Jangan sampai ada air yang tergenang mengenai umbi yang sudah kering tersebut.
4. Jangan simpan hasil panen di dalam karung plastik atau di atas karung plastik. Panas yang di timbulkan karena sentuhan dengan karung plastik, bisa menyebabkan umbi gerah dan busuk
H.Pasca Panen
Proses pembuatan tepung suweg (Amorphophallus campanulatus B) dilakukan dengan cara dikeringkan, yakni umbi yang dicabut dari akarnya kemudian dibersihkan, dikupas dan dicuci dengan air bersih. Selanjutnya umbi suweg diiris tipis-tipis dan dikeringkan dengan oven pada suhu 50 derajat celsius selama 18 jam. Kemudian diblender dan diayak sampai diperoleh ukuran tepung 60 mesh. Dari proses ini diperoleh kripik umbi suweg kemudian digiling untuk menghasilkan tepung (http://www.kapanlagi.com, 2010).
Tepung suweg bisa menjadi pengganti tepung terigu atau beras atau digunakan sebagai subtitusi tepung terigu. Tepung suweg bisa menjadi bahan baku nasi tiwul suweg, campuran roti, cake, kue kering maupun campuran kue jajan pasar. Di Filipina tepung suweg sudah banyak di gunakan sebagai bahan baku roti maupun kue kering
Menganalisis kriteria keberhasilan usaha tanaman pangan
1.Faktor Internal
Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor kompetensi SDM yang dimiliki setiap petani berbeda-beda antara satu sama yang lain. Jika dilihat dari jenjang pendidikannya rata-rata petani lulusan SD bahkan banyak yang tidak sekolah. Mereka bertani dengan pola yang sudah mereka kenal dari nenek moyang. Walaupun telah banyak sistem pertanian yang lebih maju dan modern seperti di negara tetangga tapi bagi petani di Indonesia mereka masih enggan untuk beralih pada sistem yang telah terbukti bisa meningkatkan produktivitasnya. Berbagai upaya dilakukan mulai pengenelan sistem, pengadaan demlot, penyuluhan dll tapi belum membuat para petani berbondong-bondong pada sistem yang diperkenalkan.
Petani tersebut bertanggung jawab tehadap pengelolaan usahatani yang ia lakukan, dengan sistem penelolaan yang baik maka produktivitas hasil usaha pun meningkat begitu pula sebaliknya. Petani dengan SDM yang cukup dapat memanfaatkan berbagai faktor produksi yang ada untuk digunakan secara efektif dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jadi disini petani berperan penting sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dari usahatani yang dilakukan.
Kesuburan tanan
Faktor internal yang terakhir adalah kesuburan tanah, kita sebagai petani indonesia wajib bersyukur pada Allah swt. karena negeri ini tanahnya sangatnya subur, apapun yang kita tanam selalu tumbuh subur. Namun kesuburan negeri ini kian hari kian berkurang sejak revolusi hijau dengan pemakaian pupuk kimia yang berlebihan. Sampai saat ini tanah kita sudah mencapai titik kritis. Sudah saatnya bagi kita semua para petani berpikir bagaimana mengembalikan kesuburan tanah yang telah allah berikan pada kita.
2.Faktor Eksternal
1. Iklim/Cuaca
Sebagai negara tropis Indonesia adalah negara yang paling cocok untuk usaha pertanian, hampir semua jenis tanaman dibumi dapat ditanam di Indonesia. Namun apakah selamanya iklim/cuaca selalu bersahabat dengan petani? Faktor iklim/cuaca ini memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan berhasil dan tidaknya usaha petani. Selama 3 tahun terkhir ini cuaca ekstrim telah membuat banyak petani gagal panen, kesulitan menentukan jadwal tanam yang tepat dll.
2. Sarana Transportasi dan Komunikasi
Tersediannya sarana transportasi tentunya menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah usaha tani. Dengan sarana transportasi yang lancar maka petani tidak mengalami kesulitan dalam mengangkut saprodi, alat pertanian dll, begitu pula saat menyalurkan hasil panen ke wilayah tujuan.
Selain itu tersedianya sarana kumunikasi juga berperan serta dalam menentukan keberhasilan usaha tani. Dengan sarana tersebut para petani dapat bertukar pendapat, berbagi pengalaman, pengenalan sistem baru yang lebih efektif dan efisien dll sehingga secara tidak langsung sarana komunikasi dapat meningkatkan SDM para petani.
3. Pupuk dan Pestisida
Sejak revolusi hijau hingga sekarang ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kian meningkat. Walaupun efeknya kurang baik namun ketersediaannya sangat menentukan keberhasilan usaha tani. Tersedianya kebutuhan pupuk setiap saat mempermudah petani dalam memelihara tanamannya. Seperti tanaman padi misalnya, ketepatan waktu pemberian pupuk adalah hal yang tidak bisa ditawar. Bagaimana mungkin bisa tepat waktu pengaplikasian pupuk tersebut jika tidak ada pupuk di kelompok tani maupun di kios resmi?
Bisa saja petani menggunakan pupuk organik namun itu tidak bisa langsung begitu saja. Ada tahapan untuk menuju pertanian organik
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ciri suweg yang siap panen jika tanaman tersebut mulai layu, menguning, daunnya rusak, mengering, tumbang dan busuk.
2. Proses pembuatan tepung suweg (Amorphophallus campanulatus B) dilakukan dengan cara dikeringkan.
3. Tepung suweg bisa menjadi pengganti tepung terigu atau beras atau digunakan sebagai subtitusi tepung terigu.
Saran
Hasil penelitian ini merupakan salah satu ikhtiar kecil yang dilakukan peneliti untuk menggali manfaat tanaman suweg yang masih begitu besar.
Oleh karena itu peneliti menyarankan :
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait korelasi antara karakter morfologi dan pati tanaman suweg (Amorphophallus campanulatus) dengan kondisi ataupun karakter tanah dan faktor-faktor lain di kecamatan Pangkur kabupaten Ngawi dan kecamatan Pajangan kabupaten Bantul Yogyakarta sehingga dapat lebih diketahui secara spesifik faktor yang mempengaruhi karakter morfologi dan pati tanaman suweg
2. Untuk kedepannya dapat dilakukan analisis kadar pati umbi suweg yang bersumber dari tepung suweg di kecamatan Pangkur kabupaten Ngawi dan kecamatan Pajangan kabupaten Bantul Yogyakarta sehingga dapat dijadikan bandingan dengan kadar pati umbi suweg yang berasal dari sampel segar.
Comments