MAKALAH IMAN KEPADA MALAIKAT


 

bab i

pendahuluan

 

 

         Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa menyembah Allah, tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Keimanan kepada malakat mengandung 4 unsur, yaitu:
1.      Mengimani adanya mereka.
2.      Mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui, sedangkan malaikat yang tidak diketahui namanya wajib kita imani secara global.
3.      Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita ketahui.
4.      Keempat, mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka


bab ii

Iman kepada Malaikat

 

 

A.     Definisi Malaikat

                  Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa menyembah Allah, tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Keimanan kepada malakat mengandung 4 unsur, yaitu:
         Pertama: Mengimani adanya mereka.
         Yaitu kepercayaan yang pasti tentang keberadaan para malaikat. Tidak seperti yang dipahami oleh sebagian orang bahwa malaikat adalah hanya sebuah ‘kata’ yang bermakna konotasi yang berarti kebaikan atau semacamnya. Allah Ta’ala telah menyatakan keberadaan mereka dalam firman-Nya
(#qä9$s%ur xsƒªB$# ß`»oH÷q§9$# #V$s!ur 3 ¼çmoY»ysö7ß 4 ö@t/ ׊$t6Ïã šcqãBtõ3B ÇËÏÈ
 Ÿw ¼çmtRqà)Î7ó¡o ÉAöqs)ø9$$Î/ Nèdur ¾Ín̍øBr'Î/ šcqè=yJ÷ètƒ ÇËÐÈ
         “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 26-27)
         Kedua: Mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui, sedangkan malaikat yang tidak diketahui namanya wajib kita imani secara global.
                  Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah Ta’ala adalah sebuah hadits shahih yang berkaitan dengan baitul makmur. Di dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya baitul makmur berada di langit yang ketujuh setentang dengan Ka’bah di bumi, setiap hari ada 70 ribu malaikat yang shalat di dalamnya kemudian apabila mereka telah keluar maka tidak akan kembali lagi.” (HR. Bukhari & Muslim)
         Ketiga: Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita ketahui.
                  Seperti misalnya sifat Jibril, dimana Nabi mengabarkan bahwa beliau shallallahu’alaihi wa sallam pernah melihat Jibril dalam sifat yang asli, yang ternyata mempunyai enam ratus sayap yang dapat menutupi cakrawala (HR. Bukhari). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk, dari sayapnya berjatuhan berbagai warna, mutiara dan permata yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keindahannya.” (Ibnu Katsir berkata dalam Bidayah Wan Nihayah bahwa sanad hadits ini bagus dan kuat, sedangkan Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah berkata dalam Al-Musnad bahwa sanad hadits ini shahih)
                  Dalam hadits di atas disebutkan bahwa malaikat memiliki sayap dengan berbagai warna. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dan memberitahukan bentuk Jibril ‘alaihissalaam yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk. Kita tidak perlu mempersoalkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat melihat enam ratus sayap dan bagaimana pula cara beliau menghitungnya? Padahal satu sayap saja dapat menutupi ufuk? Kita jawab: “Selagi hadits tersebut shahih dan para ulama menshahihkan sanadnya maka kita tidak membahas mengenai kaifiyat (bagaimananya), karena Allah Maha Kuasa untuk memperlihatkan kepada Nabi-Nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal yang tidak dapat dibayangkan dan dicerna oleh akal fikiran.”
                  Allah ta’ala menceritakan bahwa sayap yang dimiliki malaikat memiliki jumlah bilangan yang berbeda-beda. “Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir: 1)
                  Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu -dengan kekuasaan Allah- bisa berubah bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang terjadi pada Jibril saat Allah mengutusnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman dan Ihsan. Demikian juga dengan para malaikat yang diutus oleh Allah kepada Ibrahim dan Luth ‘alaihimassalaam, mereka semua datang dalam bentuk manusia. Para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak pernah mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
         Keempat : mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka
                  Kita mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka yang mereka tunaikan berdasarkan perintah Allah Ta’ala, seperti bertasbih (mensucikan Allah) dan beribadah kepada-Nya tanpa kenal lelah dan tanpa pernah berhenti. Di antara para malaikat, ada yang memiliki tugas khusus, misalnya:
1.            Jibril ‘alaihissalaam yang ditugasi menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Rasul-Nya ‘alaihimussalaam.
2.            Mikail yang ditugasi menurunkan hujan dan menyebarkannya.
3.            Israfil yang ditugasi meniup sangkakala.
4.            Malaikat Maut yang ditugasi mencabut nyawa. Dalam beberapa atsar ada disebutkan bahwa malaikat maut bernama Izrail, namun atsar tersebut tidak shahih. Nama yang benar adalah Malaikat Maut sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah ta’ala
ö@è% Nä39©ùuqtGtƒ à7n=¨B ÏNöqyJø9$# Ï%©!$# Ÿ@Ïj.ãr öNä3Î/ ¢OèO 4n<Î) öNä3În/u šcqãèy_öè?
                  “Katakanlah: Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu.” (QS. As-Sajdah: 11)
5.            Yang ditugasi menjaga amal perbuatan hamba dan mencatatnya, perbuatan yang baik maupun yang buruk, mereka adalah para malaikat pencatat yang mulia. Adapun penamaan malaikat Raqib dan ‘Atid juga tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka kita menamakan malaikat sesuai dengan apa yang telah Allah namakan bagi mereka.
6.            Yang ditugasi menjaga hamba pada waktu bermukim atau bepergian, waktu tidur atau ketika jaga dan pada semua keadaannya, mereka adalah Al-Mu’aqqibat.
7.            Para malaikat penjaga surga. Ridwan merupakan pemimpin para malaikat di surga (apabila hadits tentang hal itu memang sah, ed).
8.            Sembilan belas malaikat yang merupakan pemimpin para malaikat penjaga neraka dan pemukanya adalah malaikat Malik.
9.            Para malaikat yang diserahi untuk mengatur janin di dalam rahim. Jika seorang hamba telah sempurna empat bulan di dalam perut ibunya, maka Allah ta’ala mengutus seorang malaikat kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya dan sengsara atau bahagianya.
10.        Para malaikat yang diserahi untuk menanyai mayit ketika telah diletakkan di dalam kuburnya. Ketika itu, dua malaikat mendatanginya untuk menanyakan kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya dan nabinya.

B.     Iman kepada Malaikat
                  Malaikat (ملائكة) adalah bentuk jama’ dari malak (ملك). Ulama berbeda pendapat menganai apakah malaikat ini termasuk pada kata musytaq (memiliki asal-usul kata) atau jamid (istilah tersendir tidak memiliki asal kata). Demikian sebagaimana yang disampaikan Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Namun terlepas dari itu, malaikat adalah makhluk ghaib yang Allah ciptakan dari cahaya. Malaikat senantiasa taat kepada setiap apa yang Allah perintahkan. Allah telah membebani mereka dengan tugas-tugas tertentu. Diantara sekian banyaknya jumlah malaikat, sepuluh malaikat diantaranya yang disebut dalam Qur’an dan Hadits.
                  Iman kepada malaikat adalah sebuah kewajiban, merupakan iman kedua setelah iman kepada Allah. Disebut kafir jika seseorang mengingkari akan adanya malaikat. Allah berfirman, “Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”

C.     Sifat-Sifat Dasar Malaikat Allah SWT
1.            Pasti selalu patuh pada segala perintah Allah dan selalu tidak melaksanakan apa yang dilarang Allah SWT.
2.            Tidak sombong, tidak memiliki nafsu dan selalu bertasbih.
3.            Dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki.
4.            Memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman.
5.            Ikut bahagia ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qadar.

D.     Fungsi Iman kepada Malaikat
1.      Selalu melakukan perbuatan baik dan merasa najis serta anti melakukan perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi oleh malaikat.
2.      Berupaya masuk ke dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan bertakwa dan beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.
3.      Meningkatkan keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti / meniru sifat dan perbuatan malaikat.
4.      Selalu berfikir dan berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan baik yang baik maupun yang buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
        
E.     Dalil-Dalil Adanya Malaikat
                  Mengutip pendapat Imam Al-Jazâ`iri dalam Minhaj al-Muslim-nya, menurutnya adanya malaikat ini bisa dibuktikan dengan dasar dalil naqli dan dalil aqli. Dari sini kita bisa menilai, jika Imam Al-Jazâ’iri termasuk ulama yang menyatakan bahwa adanya malaikat ini bisa dibuktikan dengan akal. Berikut ringkasan pendapat Imam Al-Jazâ’iri.
         a.      Dalil Naqli
                           Dalil naqli yang dimaksud Imam Al-Jazâ‘iri pengertiannya lebih umum, bukan hanya sesuatu yang dinukil dari Qur’an dan Sunnah saja, tetapi termasuk juga berita-berita yang sifatnya telah dinukilkan turun menurun secara mutawatir. Menurutnya, adanya malaikat itu berdasarkan pada:
1.            Perintah Allah untuk beriman kepada malaikat. Hal ini termaktub dalam beberapa ayat Qur’an. Bisa dilihat dalam al-Nisâ (4): 136, al-Baqarah (2): 98, al-Nisâ (4): 172, al-Hâqqah (69): 17 dll.
2.            Berdasarkan sabda Rasulullah saw. dalam do’anya ketika beliau shalat malam.
3.            Para sahabat yang melihat malaikat saat perang badr. Diceritakan bahwa banyak diantara para sahabat Rasul saw. ketika perang badr yang melihat bala bantuan malaikat. Atau saat para sahabat didatangi tamu yang merupakan jelmaan malaikat Jibril, menanyakan masalah Iman, Islam dan Ihsan.
4.            Keimanan ribuan pengikut para rasul terdahulu terhadap malaikat berdasarkan penyampaian rasul-rasul mereka.
        

         b.      Dalil Aqli
1.            Secara riil akal tidak menolak dan tidak pula menafikan adanya malaikat. Akal tidak akan menolak sesuatu hal kecuali sesuatu itu memiliki sifat penyatuan dua hal yang bertentangan, seperti adanya gelap dan terang secara bersamaan.
2.      Bahwa segala sesuatu itu ada berdasarkan adanya bekas dan atsarnya. Maka adanya malaikat bisa dibuktikan dengan adanya atsar malaikat
3.            Sesuatu yang tidak bisa dilihat bukan berarti itu tidak ada, karena mata manusia sangat terbatas.

F.    Malaikat di dalam ajaran Islam

                  Malaikat diciptakan oleh Allah terbuat dari cahaya (nuur), berdasarkan salah satu hadist Muhammad, “Malaikat telah diciptakan dari cahaya.”
                  Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.
                  Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim.

G.     Ikhtitam
                  Imam Al-Jazâiri berusaha merasionalkan tentang adanya malaikat ini. Namun, setelah kita melihat dalil aqli yang disampaikan Imam Al-Jazâ’iri sepertinya kurang mengena. Jika kita meneliti lebih jauh, dalil yang disampaikan Imam Al-Jazâ’iri ini ujung-ujungnya membutuhkan kepada dalil naqli juga. Menurut hemat saya, saya lebih sepakat kepada para ulama yang menggolongkan malaikat kepada masalah sam’iyât. Memang iman kepada malaikat ini terbatas hanya berdasar dalil nas saja, tidak bisa dirasionalkan. Akal manusia tidak mampu menjangkau pengetahuan alam ghaib, semisal malaikat ini secara fundamental.
                  Iman kepada malaikat ini relatif tidak ada masalah. Sejak dahulu telah dipercaya bahwa malaikat itu ada. Bahkan pada masa Jahiliyah pun malaikat ini sampai disembah sebagai tuhan. Dan jika kita melihat dalam pembahasan ilmu kalam, masalah malaikat ini tidak begitu rumit seperti halnya permasalahan keimanan lainnya.


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
         Kita meyakini bahwa malaikat adalah simbol keberkahan. Hikmah yang didapat jika kita mempercayai malaikat adalah ketaatan kita kepada Allah sebagai penguasa seluruh alam ini. Jika ada yang bertanya kenapa harus ada malaikat, bukankah Allah tak cukup kuasa untuk melakukan semua tugas yang dibebankan kepada malaikat. Bukankah jika demikian Allah itu membutuhkan kepada yang lain.



DAFTAR PUSTAKA


Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH Sejarah Singkat Berdirinya Bengkel

DRAMA SINGKAT 5 ORANG (Menghindari Gibah (Gosip))

ANALISA PELUANG USAHA PERANGKAT KERAS