KELAINAN HAID

 

 BAB I

PENDAHULUAN

 

A.       Latar Belakang

Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2010). Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai suatu siklus yang klasik adalah 28 hari , tetapi cukup bervariasi tidak sama untuk setiap wanita (Guyton, 2006). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit- sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Jumlah darah normal yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun ialah 51,9 hari (Wiknjosastro, 2010).

Siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata lain tidak berada pada interval pola haid pada rentang waktu kurang dari 21 atau lebih dari 35 hari dengan interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari7 hari disebut siklus menstruasi/haid yang tidak teratur (Berek, 2002). Gangguan Haid digolongkan atas 4 bagian yaitu kelainan banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada haid, kelainan siklus, perdarahan di luar haid, gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid (Wiknjosastro, 2010).Menurut Berek (2002) ada enam jenis gangguan menstruasi yang termasuk kedalam siklus menstruasi yang tidak teratur adalah oligomenorea, polimenorea, menoragia, metroragia, menometroragia, hipomenorea.

Perubahan pola haid dipengaruhi usia seseorang (Wiknjosastro, 2008), pemakaian kontrasepsi (Moller AR, 2006), penyakit pada ovarium misalnya: tumor,kelainan pada sistem saraf pusat- Hipotalamus dan Hipofisis (Benson, Ralph C. dan Pernoll, Martin L., 2009). Perubahan pola haid normalnya terjadi pada kedua ujung siklus haid ,yaitu waktu remaja dan menjelang menoupause. Dalam siklus haid masa remaja dan menjelang menoupase, dinding rahimnya hanya dirangsang pertumbuhannya oleh estrogen.Hanya hormon FSH saja yang dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak.Akibatnya siklus haid tidak teratur (Moller AR, 2006).

Menstruasi atau haid sama tuanya dengan sejarah umat manusia, namun sampai sekarang masih merupakan topik yang banyak menarik minat sebagian besar kalangan wanita karena setiap bulan wanita mengalami menstruasi sering mengalami nyeri haid. Nyeri haid ini timbul bersamaan dengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisa juga segera setelah menstruasi (Marsden et al, 2004).

Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas, serta fracture tulang.4 Perubahan panjang dan gangguan keteraturan siklus menstruasi menggambarkan adanya perubahan produksi hormon reproduksi.5 Pemendekan masa folikuler menyebabkan siklus menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore) berhubungan dengan penurunan kesuburan dan keguguran; sedangkan pemanjangan siklus menstruasi (oligomenore) berhubungan dengan kejadian anovulasi, infertilitas, dan keguguran.4 Siklus menstruasi dikatakan normal jika jarak antara hari pertama keluarnya darah menstruasi dan hari pertama menstruasi.

Nyeri haid atau dismenore adalah gangguan ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang terjadi selama menstruasi, tetapi rasa sakit mungkin mulai hari ke-2 atau lebih sebelum menstruasi.Hal ini kadang-kadang dikaitkan dengan sakit kepala, mual, muntah, sakit perut yang difus, sakit punggung, malaise umum, kelemahan, dan gejala gastrointestinal lainnya.Dismenore dibagi menjadi primer dan sekunder.Dismenore primer terjadi segera setelah menarche biasanya pada 6 sampai 12 bulan pertama dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan kelainan patologis panggul.Dismenore sering terabaikan karena dokter tidak sepenuhnya menyadari prevalensi dan morbiditasnya yang tinggi (Marsden et al, 2004).

Di Amerika Serikat, dismenore adalah penyebab paling utama ketidakhadiran berulang di sekolah. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa, remaja dengan dismenore, mengalami penuruanan pada prestasi akademis, sosial dan kegiatan olahraga (Singh et al, 2008).Remaja yang mengalami dismenore pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore (Marsden et al, 2004).

Wanita usia reproduktif banyak memiliki masalah menstruasi atau haid yang abnormal,seperti sindrom menstruasi dan menstruasi yang tidak teratur (Johnson,2004). Wanita-wanita usia reproduktif zaman modern seperti sekarang ini sering dihadapkan pada berbagai masalah-masalah psikososial, medis dan ekonomi, sehingga dapat menimbulkan stres bagi wanita yang tidak mampu beradaptasi dengan tekanan eksternal dan internal. Sehingga stres dapat dikatakan sebagai faktor etiologi dari gangguan menstruasi.(Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk, 2004).Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Pinel, 2009).

Menurut Harahap (2001), hasil angket yang diberikan kepada peserta pelatihan di salah satu pusat industri di Indonesia menunjukkan keluhan buruh wanita (Jumlah responden 55 orang), antara lain nyeri haid 58,18%, menstruasi yang tidak teratur 41,82%, nyeri pinggang 34,55% dan nyeri perut bagian bawah 16,36%. Gambaran tersebut sangat menunjukkan adanya buruh yang mengalami beberapa gejala yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Keluhan itu dialami oleh buruh wanita usia reproduksi sehingga kondisi pun di khawatir akan menganggu produktivitas mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Desty Nur Isnaeni (2010) di Universitas Sebelas Maret pada mahasiswa D4 kebidanan jalur reguler, didapatkan bahwa siklus menstruasi normal sejumlah 58,90%, siklus menstruasi normal dengan dismenorea sejumlah 28,77%, siklus menstruasi polimenorea sejumlah 2,74%, siklus menstruasi oligomenorea sejumlah 4,11%, siklus oligomenorea dengan dismenorea sejumlah 5,48% serta tidak ditemukan yang mengalami siklus menstruasi polimenorea dengan dismenorea. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat makalah tentang “Gangguan Menstruasi”.

 

B.        Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis mengemukakan beberapa point yang menjadi rumusan masalah penyusunan makah ini, yaitu :

1.      Apa definisi dari gangguan menstruasi ?

2.      Bagaimana etiologi dari gangguan menstruasi ?

3.      Apa saja klasifikasi gangguan menstruasi ?

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.       Definisi Gangguan Menstruasi

 

 

Gangguan menstruasi adalah kondisi ketika siklus menstruasi mengalami anomali atau kelainan. Hal ini bisa berupa perdarahan menstruasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, siklus menstruasi yang tidak beraturan, dan bahkan tidak haid sama sekali.

Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan dokter yang merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan mengganggu emosional si penderita. (Sarwono, 2011)

Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal : panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium.

Haid dikatakan normal apabila:

1.         Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari

2.         Estrogen dihasilkan oleh follikel & korpus luteum

3.         Peningkatan Estrogen pada midsiklus → lonjakan LH → ovulasi

4.         P dihasilkan hanya oleh korpus luteum

5.         Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi

6.         Umur korpus luteum ±10-14 hari

7.         Fase luteal/F.sekresi ±14 hari (hampir selalu tetap)

8.         Fase folikulogenesis/F.proliferasi variasi antara 7-21 hari

 

B.        Etiologi Gangguan Menstruasi

Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya.

Factor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah berkaitan dengan umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa menopause, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium, kelainan kongenital, gangguan system hormonal, masalah kesuburan endometrium, penyakit-penyakit lain, terdapat tumor di alat kelamin, terdapat penyakit menahun, ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan  (gangguan gizi), gangguan metabolisme,serta mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status ekonomi dan pekerjaan (Yamamoto, K, 2009).

 

 

 

C.        Klasifikasi Gangguan Menstruasi

a.    Oligomenorrhea

Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang. Oligomenorrhea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang. Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.

Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.

Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal.

Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.

b.  Menorrhagia

Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak (lebih dari 8 hari dan 80ml/hari) dan biasanya disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu, (1) Gangguan pembekuan, (2) Disfunctional uterine bleeding (DUB), (3) Gangguan pada organ dalam pelvic, (4) Gangguan medis lainnya

             c.  Hipomenorrhea (kriptomenorrhea)

Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting. Dapat disebabkan oleh stenosis pada himen, servik atau uterus. Pasien dengan obat kontrasepsi kadang memberikan keluhan ini. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana jaringan endometrium sedikit.

               d. Metroragia

                   Terkadang disebut juga sebagai perdarahan disfungsional uterus, adalah istilah medis yang digunakan untuk mendeskripsikan siklus haid yang tidak teratur. Jika Ibu mengalami kondisi ini, menstruasi Ibu tampak normal (jumlah darah yang Ibu keluarkan dan jumlah hari berlangsungnya menstruasi sama dengan menstruasi normal), tapi terjadi dalam interval yang tidak sewajarnya (lebih dari 35 hari atau kurang dari 21 hari jaraknya), di interval yang tidak bisa diprediksi, atau malah kombinasi keduanya.

                   Metroragia paling sering terjadi ketika Ibu mengalami stres, memiliki kadar tiroid yang rendah, ataupun hormon yang naik-turun yang bisa terjadi ketika Ibu mulai, berhenti, atau lupa tidak mengonsumsi pil KB, koyo KB, atau suplemen lain yang mengandung estrogen yang diresepkan dokter Ibu.

                   Karena gejala utama metroragia adalah waktu dan frekuensi menstruasi yang tidak teratur, catatan siklus menstruasi (dengan menandai hari pertama dan hari terakhir menstruasi Ibu di kalender selama beberapa bulan) akan membantu Ibu mempelajari apakah siklus menstruasi Ibu tidak teratur atau hanya sedikit lebih pendek (atau lebih panjang) rentangnya daripada 28 hari yang umumnya dimiliki para wanita. Hal ini juga bisa membantu dokter Ibu untuk memberikan perawatan yang lebih tepat jika dibutuhkan.  

                  Jika menstruasi yang tidak teratur mengganggu Ibu atau membuat Ibu sulit hamil, karena Ibu jadi tidak bisa melacak siklus ovulasi Ibu, dokter mungkin akan menyarankan Ibu untuk mengikuti pengobatan metroragia, misalnya dengan terapi hormon.

             e.   Dismenorea

Dismenorea adalah gangguan ginekologik berupa nyeri saat menstruasi, yang umumnya berupa kram dan terpusat di bagian perut bawah.Rasa kram ini seringkali disertai dengan nyeri punggung bawah, mual muntah, sakit kepala atau diare. Istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri terjadi demikian hebatnya, oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid. Dikatatakan demikian apabila nyeri yang terjadi ini memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya untuk beberapa jam atau hari. Dismenorea dibagi menjadi dua yaitu :

1)        Dismenorea primer

Dismenorea primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin.

2)        Dismenorea sekunder

Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan kelainan pelvis, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan lainnya. Oleh karena itu, dismenorea sekunder umumnya berhubungan dengan gejala ginekologik lain seperti disuria, dispareunia, perdarahan abnormal atau infertilitas.

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.       Kesimpulan

Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan dokter yang merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan mengganggu emosional si penderita. (Sarwono, 2011)

 

B.        Saran

Pada pembahasan ini tentang gangguan menstruasi, betapa pentingnya benar-benar diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk mengantisipasi dari pada bentuk gangguan menstruasi yang seringkali diremehkan dan tidak diperhatikan.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Barsom SH., et. al. 2004. Association Between Psychological Stress And Menstrual Cycle Characteristics In Perimenopausal Women. Women's Health Issues, 2014. DOI: 10.1016/j.whi.2004.07.006

Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC

Berek S.J “Novak’s Gynecology”, 13th Ed. Lippincott William & Wilkins ; 2002:518.

Bou-Rabee,N. M. Marsden,J. E. dan Romero,L. A. 2004.Tippe Top Inversion as aDissipation-Induced Instability, SIAM J. Appl. Dyn. Syst. 3, 352–377.

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006

Harahap, 2001, dalam Kurniawati D. 2008.Pengaruh Dismenore Terhadap Aktivitas Pada Siswi SMK Batik 1 Surakarta. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/2737/

Sarwono, 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, TBS-SP, Jakarta.

Johnson, S.R., 2004. Premenstrual Syndrome, Premenstrual Dysphoric Disorder, and Beyond: A Clinical Primer For Practitioners. Obstet Gynecol. 104: 845-859.

Moller AR. Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory System. Burlington: Elsevier Science, 2006.

Pinel, J. P. J. 2009. Biopsikologi.Ed. 7. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal 557-565

Rakhmawati.2013. Hubungan Kejadian Obesitas dengan gangguan menstruasi. Jurnal ilmiah kebidanan.

Sianipar, Olaf. 2009. Pravelensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jaktim. Maj Kedokt Indon. Vol 59 No7. Juli 2009. Hal 312

Singh et al, Indian J Physiol Pharmacol. 2008. 52(4): 389-397. Prevalence And Severity of Dysmenorrhea: A Problem Related To Menstruation, Among First And Second Year Female Medical Student. Available from: http://www.ijpp.com/vol52_4/389- 397.pdf

Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC : Jakarta

Yamamoto, K., Okazaki, A., Sakamoto, Y., and Funatso, M., 2009.The Relationship between Premenstrual Symptoms, Menstrual Pain, Irregular Menstrual Cycles, and Psychosocial Stress among Japanese College Students.Journal of Physiological Anthropology. 28 (3): 129 – 136.

Comments

Marsya said…
Izin promo ya Admin^^

Bosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa x-)
- Telkomsel
- GOPAY
- Link AJA
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)

Popular posts from this blog

MAKALAH Sejarah Singkat Berdirinya Bengkel

DRAMA SINGKAT 5 ORANG (Menghindari Gibah (Gosip))

ANALISA PELUANG USAHA PERANGKAT KERAS